Tampilkan postingan dengan label Poem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Poem. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Agustus 2014

0

Menolak Lupa #3: Wiji Thukul

(image source: http://ryjanbrsk.files.wordpress.com/2011/01/thukul-211.jpg)

Banyak yang bilang dia sudah mati
Tapi tak sedikit yang mengharap dia kembali
Sejak reformasi hingga kini
masih hilang bagai ditelan bumi,

Si ceking yang berani dan berapi
bunga yang tumbuh mekar dari satu biji
sekuat hati tumbangkan tembok tirani

tapi tertekan dan terintimidasi
hingga harus kabur melarikan diri
meski berat hati tinggalkan anak istri,

Orang menyebutnya tumbal
atas konspirasi para feodal
Sejatinya, dialah pahlawan tak tersangkal
meski tak banyak orang kenal,

Thukul si penyair cedal
keberanian dan tekad jadi modal
kertas dan pena buat bekal
Kata-katanya akan selalu kekal
Hingga kepala musuhnya yang bebal
dia jadikan alas pijakan dia punya sendal,

Bukan begitu, Jendral?
...

Kini tangan telah terkepal
Benang-benang perlawanan tengah dipintal
Meski keringat mulai mengental
Perjuangan tak boleh gagal
diam-diam ataupun frontal
semua harus tuntas sampai final.

Atas nama kemanusiaan,
Jatinangor, Agustus 2014

Minggu, 17 Agustus 2014

0

Sajak Pitulasan

(image source: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f1/Indonesia_declaration_of_independence_17_August_1945.jpg)

Agustus tanggal tujuh belas
Hari peringatan bangsa ini bebas
Tapi rakyat masih susah beli beras
Baju pun itu cuma dapat bekas

Sementara pejabat bisa tertawa lepas
Rakyat kelaparan hampir mati lemas
Tak jua mereka bertindak lekas

Rakyat hidup tak jelas
Rakyat mati memelas
Pejabat bersulang anggur dalam gelas
Pejabat acuhkan rakyat berbeda kelas

Pejabat hingar berpesta pora
Rakyat bingar berpura-pura

Pejabat wajib hura-hura
Rakyat tak boleh huru-hara

Rakyat maling dihukum penjara
Pejabat korup lari ke mancanegara

Rakyat berobat diusir rumah sakit
Pejabat disidang kabur pura-pura sakit

Ini yang namanya merdeka?
Kenapa rakyat masih diliput duka?

Sisakan kemerdekaan itu untuk kami
Jika kalian mengaku masih punya nurani

Dirgahayu Indonesia-ku
Jatinangor, Agustus 2014
0

Menolak Lupa #4: Munir

(image source: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/a/a7/Munir_Said_Thalib.jpg)

Satu lagi cerita cukup dramatik
Di republik yang penuh orang baik
Tapi dikuasai orang-orang picik
Kalau tak mau disebut fasik

Tersebutlah munir yang suka mengkritik
Pada peradilan yang jungkir balik
Bukan sok berlagak heroik
Tapi jiwa memang harus patriotik

Melantangkan teriak dan pekik
Untuk keadilan orang terbunuh dan terculik

Anjing-anjing mulai terusik
Karna munir terus menghardik
Mereka mencari cara terlicik
Untuk membuat sang aktivis tercekik

Adalah Polycarpus,si pilot yang cerdik
Dengan beberapa tetes racun arsenik
Cukup membuat perut munir tercabik
Sukses bikin satu awak pesawat panik

Di akhir cerita yang tak bahagia
Munir gugur di langit Rumania
Sebagai pejuang hak asasi manusia
Sementara pemerintah mendadak amnesia

Tidak, Munir tak boleh mati sia-sia!
Kita teruskan semangat dan cita-citanya yang mulia
Demi tegaknya keadilan di bumi Indonesia

Atas nama kemanusiaan,
Jatinangor,Agustus 2014

Kamis, 14 Agustus 2014

0

Menolak Lupa #2: Udin

(image source: http://www.yudhe.com/wp-content/uploads/2013/02/udin.jpg)

ini kisah naas
udin, wartawan harian bernas
yang memuat berita pedas
membuat telinga para kolonel panas,

teror lalu mencekam
intimidasi,serta mengancam
tuk membuat sang jurnalis bungkam
tapi api itu tak kunjung padam,

mereka semakin geram
kepala udin dibikin remuk redam
badan penuh lebam
dihantam seribu palu seribu godam
pada selasa malam yang kelam,

kini hanya tersisa kesedihan mendalam
pada sosok juruwarta yang terbaring di makam
di mana keberanian dan kejujuran bersemayam,
...

katanya pelanggaran ham
tapi orang-orang hanya diam
fakta dibuat buram
dengan rekayasa teramat kejam
sudah luka, ditabur garam,

bukan ingin membalas dendam
tapi,bahtera keadilan tak boleh karam.

Atas nama kemanusiaan,
Jatinangor,Agustus 2014

Jumat, 22 Maret 2013

0

Sengkuni (belum) mati

(image source: http://us.images.detik.com/content/2012/01/13/398/sengkuni.jpg)

Dia lambang kelicikan,keculasan,dan kecurangan
Provokator ulung berhati setan
Dia sulut bara dendam kebencian
Dia kobarkan api permusuhan
Tertawa melihat kekacauan
Menari di atas penderitaan orang

Lidah bercabang mulut berbisa bak ular kobra
Kata-katanya tak lebih dari tipu daya,fitnah,dan adu domba
Dia sebab perang saudara
dalam kisah Mahabarata
Pandawa lima melawan seratus Kurawa
beserta prajurit selaksa

Sabtu, 15 Desember 2012

0

Menolak Lupa #1: Marsinah

Dia satu dari ribuan juta buruh tertindas
Tergilas roda kehidupan yang keras
Yang dijalankan orang-orang tak waras
Kejam lagi buas

Mereka beringas
Semua yang menghalang dilibas
Tak berbekas

Hati Marsinah gerah
Merasakan ketidakadilan makin parah
Pikirannya resah
Melihat keserakahan para bedebah menjarah
Jiwa Marsinah pun tergugah
Ia tak mau begitu saja pasrah
Apalagi menyerah

Lalu lihatlah
Marsinah berdiri menantang dan gagah
Untuk kemudian maju seribu langkah
Suaranya laksana deru air bah
Semangatnya terus menyala merah
Tak gentar dan tak goyah
Membela kaumnya yang lemah
Memperjuangkan hak mereka yang terjajah

Tapi kini malang bagi Marsinah
Keberaniannya musti ditebus dengan darah
Marsinah ditemukan sebagai jenazah
Setelah tiga hari menghilang ke negeri antah berantah

Atas nama kemanusiaan,
Jatinangor,Desember 2012.

Marsinah
(image source: http://www.marxist.com/images/stories/indonesia/marsinah.jpg)

Selasa, 04 Desember 2012

0

Kotaku, kotamu

( Aku tulis saat bulan menebarkan pesona purnamanya di langit malam Jatinangor )

Masih sendiri, di kota ini
bertemankan sepi sunyi
Masih terpaku, jauh dari kotamu
bergumul dengan selaksa rindu

Aku tak menyalahkan kotaku,
aku juga tak membenci kotamu
Aku hanya mengutuki jarak yang memisahkan kota kita

Apakah kau bisa melihat bulan yang menerangi kotaku malam ini?
Ataukah mungkin justru hujan dan awan jahat yang menyelimuti kotamu?
Entahlah.

Aku hanya sedikit menyesali mengapa cinta tak hadir saat kota kita masih sama.

Sabtu, 01 Desember 2012

0

longdistance relationsick

Rindu ini..
Makin hari makin menjadi
Terakumulasi dalam sempitnya ruang hati

Sesak. Dan hampir meledak

Menjalar ke kepala. Sampai seluruh raga
Menusuk jiwa
Kadang begitu hangat
Dan tak jarang panas menyengat

Membakar. Seperti api dalam belukar