Minggu, 14 Juni 2015

2

Medusa Untold

Medusa adalah bungsu dari tiga bersaudara anak dari dewa laut kuno Phorcys dan adiknya Ceto. Kedua kakaknya adalah makhluk kekal yang disebut Gorgon,
bernama Stheno dan Euriale, sedangkan Medusa terlahir sebagai manusia biasa.

Medusa sebelum dikutuk oleh Athena (sumber: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/98/60/2a/98602a6f1bce584829c31ffade748901.jpg)
Medusa sangat cantik dan lembut hatinya, karenanya ia terpilih menjadi biarawan di salah satu kuil milik Dewi Athena bersama perawan-perawan terpilih lainnya. Tetapi, karena kecantikannya pulalah Ia harus terusir dari kuil tersebut. Kecantikan Medusa, yang disebut-sebut dapat membuat iri para Dewi maupun manusia biasa, telah menarik hati Poseidon, Sang Dewa Lautan. Hingga akhirnya Poseidon menggagahi Medusa secara paksa di kuil Athena.

Alih-alih marah kepada Poseidon, Athena yang murka karena kuilnya telah terkotori melampiaskan kemarahannya kepada Medusa. Ia mengusir Medusa dari kuilnya dan mengutuk Medusa menjadi Gorgon seperti kedua kakaknya. Kecantikannya lenyap seketika. Kulit putih dan halusnya berubah hitam kehijauan dan bersisik. Matanya menyala merah. Tiap helai rambut panjangnya yang halus berubah menjadi seekor ular ganas.

Meski fisiknya berubah total, hati Medusa masih lemah lembut seperti sebelumnya. Ia menangis mohon ampun kepada Athena meskipun bukan dia yang bersalah. Athena tetap mengusir Medusa dan tidak mencabut kutukannya. Tetapi ia juga merasa kasihan pada Medusa, dengan wujud yang mengerikan seperti itu, orang-orang pasti akan berusaha membunuhnya karena meskipun berwujud sama dengan saudara-saudaranya, Medusa tidak dapat hidup kekal seperti mereka, pikir Athena. Athena memberikan kekuatan pada Medusa untuk melindungi dirinya, yaitu orang-orang akan menjadi batu saat menatap langsung mata merahnya.

Medusa pun pasrah dengan keadaannya sekarang. Ia mengasingkan diri dalam sebuah hutan kecil yang jauh dari keramaian manusia. Kedua saudarinya sering mengunjungi Medusa untuk menghiburnya, tetapi malam harinya mereka harus kembali menjaga tempat tinggal mereka.

Setelah sekian tahun lamanya, hutan tersebut menjadi cukup dikenal oleh orang-orang, sebagai hutan keramat. Tak ada yang berani masuk ke dalam hutan tersebut, seiring berkembangnya kisah monster bernama Medusa yang mendiami hutan tersebut. Setiap manusia yang masuk ke dalam hutan tersebut, dapat dipastikan tak akan pernah keluar lagi. Mereka menjadi batu. Ya, mereka bertemu secara langsung dengan Medusa dan malang bagi mereka harus mati membatu sebelum sempat menyelamatkan diri.
Medusa (sumber: http://beastsandcreatures.com/med09L.jpg)


Tentu saja Medusa tak sengaja melakukan itu, ia tak bisa mengontrol kekuatan yang ia anggap kutukan itu. Memang banyak yang ingin membunuhnya saat melihat wujud Medusa dan dengan “kekuatan” itu berulang kali Medusa dapat selamat. Tetapi jika bisa memilih, Medusa sangat ingin mati dibunuh salah satu dari mereka ketimbang harus menanggung dosa atas kematian banyak orang tersebut.

...

Suatu pagi saat terduduk di tepi sungai, Medusa mendengar suara manusia.

“Chiron..Chiron..”

Sepertinya orang itu mencari temannya, pikir Medusa. Sudah hampir 10 bulan Medusa tak pernah bertemu manusia sejak hutan itu dianggap keramat. Ia kini lebih berhati-hati bertemu manusia. Ia bersembunyi di balik sebuah pohon besar agar orang tersebut tidak melihatnya.

“Chiron..”

Suara tersebut terdengar semakin dekat. Lalu tampaklah orang tersebut. Ia seorang pemuda. Dari pakaian yang ia kenakan ia hanya penduduk desa biasa. Ia memegang sebuah tongkat kayu.

Cukup lama bagi Medusa untuk menyadari bahwa pemuda tersebut tunanetra. Ia mengetahuinya dari cara berjalan pemuda tersebut yang terlihat aneh dan menggunakan tongkat.

Medusa keluar dari persembunyiannya dan mencoba menyapa pemuda tersebut. Karena kekuatannya hanya berdampak saat orang melakukan kontak mata dengannya, maka pemuda buta tersebut tentu aman dari kekuatan mata Medusa.

“Kau mencari temanmu?”

Pemuda itu terkejut dan berhenti secara tiba-tiba. Namun ia segera dapat mengendalikan keterkejutannya. “Ah Nona, aku memang mencari temanku, namun ia bukan manusia, ia seekor anjing, Chiron namanya, apa kau melihatnya? Ia besar dan berbulu emas halus.”

“Tidak, aku tidak melihatnya. Kau darimana? Mengapa ke hutan ini?”

“Aku dari desa sebelah hutan ini. Aku ingin mencari kayu bakar untuk perapian rumahku malam ini. Oh iya, namaku Anthony, kau siapa Nona? Sedang apa di sini?”

Medusa terdiam sejenak, ada keraguan dalam hatinya untuk memperkenalkan dirinya yang sebenarnya. “Namaku Medusa, aku tinggal di hutan ini.” Medusa melihat ke arah Anthony penasaran dengan reaksi pemuda itu. Namun agaknya Anthony baru mendengar nama Medusa atau dengan kata lain belum tahu kisah tentang Medusa dari orang-orang.

“Kau seorang diri di sini? Kemana keluargamu?”

“Iya, saudari-saudari tinggal jauh dari tepat ini tapi terkadang mereka sering ke sini menjengukku.”

Tepat di saat Medusa mengakiri kalimatnya, terdengar suara gonggongan anjing dua kali, dan seekor anjing berlari kegirangan ke arah Anthony lalu berputar-putar di dekat kaki Anthony.

“Chiron, itukah kau? Dari mana saja kamu? Dasar anjing nakal.” Anthony berlutut dan memeluk anjing itu.

Medusa cukup heran melihat pemandangan di depannya, seorang pemuda tinggi besar dan sudah dewasa masih bermain akrab dengan anjing peliharaan. Sebagai seekor binatang, anjing itu pun luput dari kekuatan Medusa, karena hanya berdampak pada manusia saja.

“Medusa, ini anjingku Chiron. Tadi dia terpisah denganku saat mengejar kupu-kupu. Sekarang aku sudah menemukannya, aku pamit pergi aku harus melanjutkan mencari kayu bakar sebelum malam tiba. Maaf mengganggu waktumu.”

“Kau tidak menggangguku, sama sekali tidak. Justru aku senang bertemu denganmu. Kalau kau tidak keberatan, mau kah kau kutemani mencari kayu bakar? Sepertinya kau akan sulit mencarinya?” ucap Medusa pelan takut menyinggung Anthony.

“Haha..aku memang tidak bisa melihat tapi bukan berarti aku tidak bisa jalan. Untuk itulah aku akrab dengan Chiron, dia yang selalu menuntunku kemanapun aku ingin pergi. Tapi bila memang kau mau, bolehlah kau menemaniku mencari kayu bakar, kau pasti lebih tahu banyak hutan ini.”

Begitulah, Medusa dan Anthony pun menjadi akrab satu sama lain. Medusa sangat senang, setelah sekian lama akhirnya ia menemukan teman lagi yang dapat ia ajak berbincang selain kedua saudarinya. Begitu pun Anthony, karena mengalami kebutaan sejak kecil, ia menjadi sulit mendapatkan teman.

Setelah selesai mengumpulkan kayu bakar Anthony mencoba mengajak Medusa untuk berkunjung ke rumahnya, tetapi Medusa menolak tentu saja, ia tak mau seluruh warga desa melihatnya. Medusa pun beralasan bahwa ia tak bisa meninggalkan rumahnya.

“Baiklah kalau begitu, tapi bolehkah esok aku ke sini lagi. Aku senang berbincang denganmu, kau teman yang asyik diajak bicara.”

“Tentu saja, aku akan menunggumu di sini. Chiron, besok kau ajak lagi Anthony ke sini ya, jangan sampai dia tersesat lagi.” Chiron menggonggong dan mengibaskan-ibaskan ekornya menanggapi perkataan Medusa.

Anthony tertawa, ia senang Chiron pun bisa akrab dengan Medusa. Lalu ia pamit meninggalkan Medusa.

...

Sesuai janjinya, Anthony kembali mendatangi Medusa esok harinya. Kali ini tidak untuk mencari kayu bakar, tetapi memang ingin bertemu Medusa.

“Kau masih punya keluarga Anthony? Atau hanya hidup berdua dengan Chiron? Aku belum pernah mendengar kau bercerita tentang keluargamu?”

“Satu-satunya keluarga yang kukenal cuma nenekku, tapi dia pun kini sudah tiada. Ayah ibuku meninggal saat aku masih kecil, dibunuh kawanan perampok menyisakan aku seorang yang kemudian diambil dan dirawat oleh nenek sampai remaja. Nenek meninggal karena penyakitnya. Saat masih belum terserang penyakit, nenek membawakanku Chiron yang masih bayi, ia menemukan di pinggir jalan. Sejak saat itu aku selalu bermain dengan Chiron, dia menjadi mataku, menjadi cahaya dalam kegelapanku. Aku tak tahu bagaimana nanti jika ia pergi meninggalkanku, apakah aku masih bisa melanjutkan hidupku, seperti kemarin saat kehilangan dia, aku sangat takut. Kadang ketakutanku membuatku berpikir untuk bunuh diri saja, namun aku juga tak tega untuk meninggalkan Chiron sendirian.”

Medusa sangat sedih mendengar cerita Anthony, pada titik ini dia merasa senasib dengan Anthony, di mana para dewa berlaku tidak adil terhadap mereka berdua.

Medusa dan Anthony makin akrab sejak saat itu dan hampir setiap hari Anthony ke hutan tersebut baik untuk mencari kayu bakar atau hanya sekedar berbincang dengan Medusa. Bahkan setelah musim dingin telah lewat, Anthony makin sering ke hutan itu bersama Chiron.

Tak perlu panah Dewa Eros untuk menyatukan hati Medusa dan Anthony, karena sejak awal pertemuan pun mereka sudah memendam rasa satu sama lain. Maka tanpa keraguan, Anthony meminta Medusa untuk hidup bersama dengannya sebagai kekasih. Namun sayangnya, Medusa tak bisa menyanggupinya, walaupun dalam hatinya sangat ingin menerima permintaan Anthony. Ia sadar betul siapa dirinya sekarang, tak layak ia bersanding dengan pemuda itu. Awalnya, Anthony mengira Medusa tidak mau menerimanya karena ia buta, tapi meski baru mengenal Medusa beberapa minggu, ia tahu betul Medusa bukan wanita yang demikian, ia pasti punya alasan lain, Anthony meyakinkan dirinya sendiri, tetapi ia juga tidak berani menanyakan alasan lain itu pada Medusa. Medusa tahu isi pikiran Anthony, hatinya menjadi semakin gelisah.

Kegelisahan hati Medusa itu ia sampaikan kepada kedua saudarinya, Stheno dan Euriale. Medusa tahu ia tak mungkin bersama dengan Anthony selamanya, tetapi ia juga ingin menolong Anthony yang malang. Stheno yang kasihan melihat adiknya, memberanikan diri menghadap Athena untuk meminta pengampunan atas Medusa, tetapi ia ditolak mentah-mentah. Ketiga Gorgon bersaudara itu tak tahu lagi harus berbuat apa.

...

“Anthony, kau masih mencintaiku?” tanya Medusa dalam pertemuannya dengan Anthony pada suatu hari.

“Sejak aku nyatakan cintaku padamu, perasaanku tak pernah berubah, meski kau belum bisa menerimaku.”

“Bukan aku tak mau menerimamu, aku pun mencintaimu, tetapi kita tak bisa bersama, ada hal yang belum bisa kusampaikan padamu, yang menghalangi cinta kita.”

“Aku akan menunggu sampai kau mengatakannya, dan sampai kita menemukan cara untuk bisa mengatasinya.”

“Katakan padaku, apa kau ingin bisa melihat?”

“Itu keinginanku dari kecil, dan kini keinginanku itu membesar, karena aku ingin melihat wajahmu, wajah orang yang kukasihi.”

“Berjanjilah Anthony, kelak bila kau bisa melihat, kau akan terus melanjutkan hidupmu, meski tanpa diriku.”

“Apa maksudmu? Aku lebih memilih untuk hidup denganmu dalam gelap ketimbang bisa melihat seluruh dunia, tanpa kau di dalamnya.”

“Kau tak mengerti Anthony, kita tak ditakdirkan bersama, para dewa di gunung Olimpus itu tak akan mengijinkan itu. Kita berbeda, kau manusia dan aku..aku monster.” Medusa menangis. “Inilah yang ingin kukatakan padamu, yang membuatku tak bisa menerimamu..bahwa aku bukan manusia biasa sepertimu. Aku monster terkutuk. Orang yang melihatku akan berubah menjadi batu, kau beruntung karena tak bisa melihat sehingga kau masih bisa hidup.”

Anthony terdiam lalu tiba-tiba tersenyum. “Mungkin ini kali pertama aku harus bersyukur menjadi orang buta. Aku sudah tahu itu.”

Medusa heran.

“Aku tahu tentangmu sejak pertemuan kita yang kedua. Saat kembali ke rumah aku menceritakan pertemuanku denganmu pada seorang tetangga. Dan ia menceritakan kisahmu, sebagai seorang monster yang jahat.”

“Lalu mengapa kau masih datang ke hutan ini? Kau tak takut padaku?”

“Chiron..aku lebih percaya Chiron daripada siapa pun. Chiron akan menyalak pada sesuatu yang jahat, yang berbahaya bagi diriku. Tapi kepadamu, ia justru senang di dekatmu. Medusa aku sudah menerima bagaimanapun dirimu sejak saat itu sebagai temanku, sahabatku, dan kini sebagai orang yang kucintai. Kuharap perbedaan ini tidak kau takutkan lagi.”

“Bukan hanya itu saja Anthony, kutukan Athena, ia akan selalu mengikuti, aku takut kau pun akan terkena kutukan itu bila terus bersamaku.” Medusa bangkit berdiri dan lari meninggalkan Anthony, tetapi sebelum langkahnya kian jauh, ia berteriak “esok pagi kau akan bisa melihat, jangan temui aku lagi di sini, lanjutkan hidupmu, carilah wanita yang layak untukmu, ini pertemuan kita yang terakhir.”

Medusa pergi menemui Euriale, ia tahu kakak keduanya itu memiliki kekuatan untuk menyembuhkan Anthony. Tekadnya sudah bulat, bahwa ia ingin membuat Anthony sembuh meski konsekuensinya ia tak boleh lagi bertemu Anthony. Euriale sedikit berdebat dengan keputusan adiknya tersebut tetapi ia tetap mengikutinya.

...

Esok paginya saat bangun dari tidur, Anthony sudah bisa melihat. Ia tak terlalu terkejut karena mengira ini mimpi, mimpi yang sama setiap paginya, bahwa ia bisa melihat. Tapi tidak, ini lain, ini terlihat nyata. Anthony menampar pipinya keras, ia kini yakin bahwa ini bukan mimpi. Ia benar-benar bisa melihat!

Anthony amat senang. Senyum mengembang di wajahnya dengan cepat. Tapi dengan cepat pula senyum itu menyusut saat ia teringat perkataan Medusa kemarin yang menjadi kenyataan pagi ini.
Medusa! Ya Anthony merasa ia harus menemuinya. Ini pasti berkat Medusa ucapnya dalam hati. Ia berlari cukup kencang ke arah hutan membuat Chiron terkejut dan cukup sulit menyusulnya.
Anthony akhirnya harus meminta Chiron untuk menunjukkan jalan yang tentu saja asing baginya. Ia takut Medusa sudah menghilang dari hutan itu. Ia tak ingin kehilangan kekasih monsternya itu. Mereka pun sampai ke dalam hutan. Terburu-buru, Anthony ke arah sungai tempat ia biasa berbincang dengan Medusa.

Harapannya terkabul. Medusa belum meninggalkan hutan itu. Ia melihat sosok yang ia yakini sebgai Medusa. Wanita berambut ular. Persis seperti yang diceritakan tetangganya waktu itu.

Medusa tak melihat Anthony karena ia membelakanginya. Anthony berlari dan memanggil Medusa, membuat wanita itu terkejut dan segera membalikkan badannya yang membuat ia makin terkejut. Medusa tak percaya Anthony begitu nekat melanggar larangannya kemarin. Ia memejamkan matanya agar tak melakukan kontak mata dengan Anthony.

“Bodoh, kenapa kau tetap datang kemari?”

“Aku sudah bisa melihat Medusa. Aku yakin ini semua pasti berkatmu bukan? Aku ingin mengucapkan terimakasih.”

“Kau tak perlu melakukan itu, kau hanya akan membahayakan dirimu, kau sendiri tahu kau bisa berubah jadi batu jika menatap mataku.”

“Ah maaf, aku tak memedulikan hal itu, aku hanya ingin melihatmu, orang pertama yang ingin kulihat saat aku sudah tak buta lagi.”

“Dan sekarang kau sudah bisa melihatku, lalu apa? Kau takut? Aku bukan wanita cantik seperti yang semua laki-laki impikan, kulitku bersisik dan rambutku ular hidup. Aku monster!”

“Jangan katakan itu Medusa, kau mencintaiku meski aku dulu buta, dan aku pun mencintaimu meski kau menggaggap dirimu monster.”

Medusa menangis dan tetap terpejam, ia sungguh takut Anthony berubah jadi batu.

“Medusa aku mencintaimu.”

“Aku juga mencintaimu Anthony, tapi bisakah kau pergi sejenak, aku akan mencari cara agar aku tak perlu bertatap mata denganmu.”

Anthony meringis seidikit kesakitan “Ah sepertinya aku tak bisa memenuhi permintaanmu Medusa. Kakiku..kakiku terasa kaku, aku tak bisa bergerak.”

Medusa terkejut dan membuka matanya menatap ke arah kaki Anthony. Demi Zeus, Raja para dewa! Kaki Anthony telah membatu, terlambat bagi mereka berdua, sihir mata Medusa telah mengenai Anthony.

“Anthony! Tidak, maafkan aku, aku tak bermaksud..a,aku tak tahu mengapa masih bisa begini.”

Bagian tubuh Anthony yang membatu semakin ke atas. “Tidak Medusa, tidak apa-apa, ini semua salahku. Aku yang gegabah menemuimu. Tetapi aku tidak menyesal karena akhirnya aku bisa melihat wajahmu. Kau cantik Medusa. Mungkin kau memang monster dari luar, tetapi di dalam kau masih berhati manusia. Tetaplah seperti itu aku mencintaimu. A..” Anthony tak sempat menyelesaikan ucapannya karena mulutnya pun telah membatu dan tak lama Anthony menjadi batu seutuhnya.

“Tidak Anthony, jangaann. Jangan tinggalkan aku, kau harus hidup Anthony. Anthonyyyy” Medusa mengerang kencang, terdengar mengerikan. Ia mengutuki semua dewa, termasuk Athena dan Poseidon. Ia murka. Kemurkaannya membuatnya berubah jahat. Tak ada lagi kelemah lembutan dalam hatinya. Ia sama sekali berbeda dengan Medusa sebelumnya, ia telah menjadi monster seutuhnya. Chiron menyalak galak melihat perubahan drastis pada Medusa, sebelum perutnya dirobek oleh cakar tajam Medusa. Medusa lalu pergi ke desa, melampiaskan kekesalannya pada seluruh penduduk desa dengan menjadikan mereka batu kemudian menghancurkan batu-batu tersebut.


Dan begitulah bagaimana monster bernama Medusa tercipta. Ia menggenapi takdirnya sendiri seperti yang dikehendaki dewa untuk menjadi monster jahat. Sebelum akhirnya dibunuh oleh Perseus. Saat kepalanya dipenggal dan dibawa oleh Perseus Medusa masih dapat berbicara. Ia berterima kasih kepada Perseus karena telah membunuhnya dan membebaskan jiwanya dari kutukan Athena.

Perseus memenggal kepala Medusa (sumber: http://www.greekmythology.com/images/mythology/perseus_130.jpg)


*Cerita diambil berdasarkan karakter Medusa dalam mitologi Yunani, 
*Judul mencuri ide dari judul film "Dracula Untold"
*Anthony dan Chiron adalah tokoh yang ditambahkan penulis untuk keperluan alur cerita

2 komentar: