Andre terbangun dari tidurnya.
Kepalanya masih terasa pusing. Sudah 2 hari dia hanya terbaring di ranjangnya
karena kecelakaan lalu lintas yang dia alami. Dokter mengatakan Andre menderita
amnesia retrograde karena benturan yang dialami oleh kepalanya saat terjatuh di
jalan. Sebagian ingatan jangka pendeknya hilang, seperti saat dia tidak bisa
mengingat memori di hari saat dia mengalami kecelakaan termasuk detail
kecelakaan tersebut, kapan; dimana; dan bagaimana kejadian itu bisa terjadi.
Rumah Andre sangat sepi. Hanya
ada dia, mamanya, dan neneknya yang tinggal di situ. Papanya tinggal di kota
yang berbeda, di tempat ia bekerja, tetapi setiap akhir minggu dia selalu
pulang. Meski cenderung nakal Andre
sangat menyayangi mama dan neneknya, begitupun mereka sayang pada Andre.
Seperti saat sekarang saat Andre memerlukan perawatan pasca kecelakaan, mama
dan nenek bergantian merawatnya.
Seperti biasa, sebelum Andre terbangun
mamanya selalu menyediakan sarapan dan meninggalkannya di meja dekat tempat
tidur Andre lalu pergi bekerja karena tempat kerjanya mengharuskan ia berangkat
pagi-pagi sekali.
Andre mencoba meraih bubur yang
kelihatan masih hangat di meja. “Kau sudah bangun Ndre?” tanya nenek Andre yang
tiba-tiba masuk ke kamar.
“Iya nek, aku lapar.”
“Kau mau aku suapi?”
“Tidak usah nek, aku bisa
sendiri.” Tolak Andre halus, dengan senyuman. Neneknya sangat memanjakannya tetapi
terkadang ia memerlakukan Andre seperti anak kecil. Sepertinya nenek lupa bahwa aku telah tumbuh
dewasa, begitu pikir Andre.
Nenek Andre menemani Andre menghabiskan
sarapan sambil bercerita. Ia mengatakan bahwa papa Andre akan pulang hari ini,
ia cuti untuk melihat keadaan Andre katanya.
“Oh iya kemarin Papa juga sudah
ngasih tahu di telepon nek. Mm..Mama sudah berangkat ya nek?”
“Mama? Mamamu ya maksudmu? Berangkat
apa?” Nenek Andre seperti kelihatan bingung dengan pertanyaan Andre tersebut.
“Berangkat kerja dong nek
berangkat apalagi emang?”
“Oh eh iya, sudah, dia sudah
berangkat kerja.”
Andre heran dengan reaksi
neneknya tersebut, dia seperti linglung saat ditanya tentang mamanya, apakah ia
sudah mulai pikun dan lupa tentang mamanya?
“Nenek tinggal dulu ya, kalau
sudah selesai sarapannya taruh saja mangkuknya di meja lagi nanti nenek ambil.”
Andre meraih remote tv, bosan
juga harus terus berbaring seperti ini di ranjang pikirnya. Perlahan Ia mulai
tertidur lagi.
...
“Ndre bangun ndre ini Papa.”
Andre membuka matanya. “Pa? Cepat
sekali sampainya? Aku kira nanti malam Papa datangnya.”
“Papa berangkat tadi malam Ndre.
Kamu gimana? Udah baikan?”
“Udah pa. Tapi masih belum boleh banyak
bergerak kata Dokter.”
“Sudah makan?”
“Sudah pa, tadi dimasakin bubur
sama Mama, tadi juga makannya ditemenin nenek.”
Air muka papa Andre sedikit
berubah.
“besok papa antar periksa ya,
Papa di sini cuma sampai lusa.”
“Iya pa, nenek di mana? Mama
belum pulang?”
Sedikit berpikir, papa Andre
menjawab “Nenekmu sedang tidur. Mamamu mungkin pulang terlambat, tadi juga di
jalan Papa kejebak macet.”
“Maaf Pa, bisa ambilin ponsel
Andre? Andre mau nelpon temen.”
“Temen apa temen?” goda papa
Andre sambil mengambilkan ponsel anaknya. “Ya udah papa keluar dulu ya,
kalau butuh apa-apa panggil aja ya.”
“Iya pa, makasih.”
...
Di ruang tamu papa Andre
menyalakan televisi tetapi tatapannya kosong, pikirannya tidak tertuju pada
siaran televisi, ia memikirkan hal lain. Papa Andre lalu mengambil foto
keluarga di meja dekatnya. Dalam foto itu terlihat papa dan mama Andre, nenek
Andre, serta Andre sendiri yang masih berusia 7 tahun.
“Kurasa kondisi Andre semakin buruk,
bukan fisiknya, tetapi mentalnya. Ia jadi suka membicarakan mamanya yang sudah
meninggal” ucap nenek Andre yang datang tiba-tiba dan duduk di sebelah papa
Andre.
Papa Andre bergeming. Lalu dahinya
berkerut cemas sambil terus memandang foto yang ia pegang.
Tanpa disadari, Andre berdiri di
belakang papa dan neneknya. Ia hendak mencoba berjalan keluar kamar tetapi
langkahnya terhenti saat mendengar ucapan neneknya. Ia terkejut dan tak tahu
harus berbuat apa. Tetapi perlahan ia kembali melangkahkan kakinya ke kamarnya
dan mencoba agar tak ketahuan papa dan neneknya. Di kamar ia terus memikirkan
ucapan neneknya yang ia dengar tadi. Air matanya menetes.
...
Mama Andre pulang dari kerjanya,
ia membuka pintu dan mendapati suaminya terduduk sendiri di ruang tamu.
“Pa? Datang kapan? Udah ketemu
Andre?”
Papa Andre menoleh ke arah mama
Andre. “Sudah ma. Kamu benar, Andre benar-benar berpikiran bahwa neneknya masih
hidup. Besok aku akan memeriksakannya ke Dokter.”
0 komentar:
Posting Komentar