Minggu, 17 Mei 2015

0

Waham

Andre terbangun dari tidurnya. Kepalanya masih terasa pusing. Sudah 2 hari dia hanya terbaring di ranjangnya karena kecelakaan lalu lintas yang dia alami. Dokter mengatakan Andre menderita amnesia retrograde karena benturan yang dialami oleh kepalanya saat terjatuh di jalan. Sebagian ingatan jangka pendeknya hilang, seperti saat dia tidak bisa mengingat memori di hari saat dia mengalami kecelakaan termasuk detail kecelakaan tersebut, kapan; dimana; dan bagaimana kejadian itu bisa terjadi.

Rumah Andre sangat sepi. Hanya ada dia, mamanya, dan neneknya yang tinggal di situ. Papanya tinggal di kota yang berbeda, di tempat ia bekerja, tetapi setiap akhir minggu dia selalu pulang. Meski  cenderung nakal Andre sangat menyayangi mama dan neneknya, begitupun mereka sayang pada Andre. Seperti saat sekarang saat Andre memerlukan perawatan pasca kecelakaan, mama dan nenek bergantian merawatnya.

Seperti biasa, sebelum Andre terbangun mamanya selalu menyediakan sarapan dan meninggalkannya di meja dekat tempat tidur Andre lalu pergi bekerja karena tempat kerjanya mengharuskan ia berangkat pagi-pagi sekali.

Andre mencoba meraih bubur yang kelihatan masih hangat di meja. “Kau sudah bangun Ndre?” tanya nenek Andre yang tiba-tiba masuk ke kamar.
“Iya nek, aku lapar.”
“Kau mau aku suapi?”
“Tidak usah nek, aku bisa sendiri.” Tolak Andre halus, dengan senyuman. Neneknya sangat memanjakannya tetapi terkadang ia memerlakukan Andre seperti anak kecil.  Sepertinya nenek lupa bahwa aku telah tumbuh dewasa, begitu pikir Andre.

Nenek  Andre menemani Andre menghabiskan sarapan sambil bercerita. Ia mengatakan bahwa papa Andre akan pulang hari ini, ia cuti untuk melihat keadaan Andre katanya.

“Oh iya kemarin Papa juga sudah ngasih tahu di telepon nek. Mm..Mama sudah berangkat ya nek?”
“Mama? Mamamu ya maksudmu? Berangkat apa?” Nenek Andre seperti kelihatan bingung dengan pertanyaan Andre tersebut.
“Berangkat kerja dong nek berangkat apalagi emang?”
“Oh eh iya, sudah, dia sudah berangkat kerja.”
Andre heran dengan reaksi neneknya tersebut, dia seperti linglung saat ditanya tentang mamanya, apakah ia sudah mulai pikun dan lupa tentang mamanya?
“Nenek tinggal dulu ya, kalau sudah selesai sarapannya taruh saja mangkuknya di meja lagi nanti nenek ambil.”

Andre meraih remote tv, bosan juga harus terus berbaring seperti ini di ranjang pikirnya. Perlahan Ia mulai tertidur lagi.

...

“Ndre bangun ndre ini Papa.”
Andre membuka matanya. “Pa? Cepat sekali sampainya? Aku kira nanti malam Papa datangnya.”
“Papa berangkat tadi malam Ndre. Kamu gimana? Udah baikan?”
“Udah pa. Tapi masih belum boleh banyak bergerak kata Dokter.”
“Sudah makan?”
“Sudah pa, tadi dimasakin bubur sama Mama, tadi juga makannya ditemenin nenek.”
Air muka papa Andre sedikit berubah.
“besok papa antar periksa ya, Papa di sini cuma sampai lusa.”
“Iya pa, nenek di mana? Mama belum pulang?”
Sedikit berpikir, papa Andre menjawab “Nenekmu sedang tidur. Mamamu mungkin pulang terlambat, tadi juga di jalan Papa kejebak macet.”
“Maaf Pa, bisa ambilin ponsel Andre? Andre mau nelpon temen.”
“Temen apa temen?” goda papa Andre sambil mengambilkan ponsel anaknya. “Ya udah papa keluar dulu ya, kalau butuh apa-apa panggil aja ya.”
“Iya pa, makasih.”

...

Di ruang tamu papa Andre menyalakan televisi tetapi tatapannya kosong, pikirannya tidak tertuju pada siaran televisi, ia memikirkan hal lain. Papa Andre lalu mengambil foto keluarga di meja dekatnya. Dalam foto itu terlihat papa dan mama Andre, nenek Andre, serta Andre sendiri yang masih berusia 7 tahun.

“Kurasa kondisi Andre semakin buruk, bukan fisiknya, tetapi mentalnya. Ia jadi suka membicarakan mamanya yang sudah meninggal” ucap nenek Andre yang datang tiba-tiba dan duduk di sebelah papa Andre.

Papa Andre bergeming. Lalu dahinya berkerut cemas sambil terus memandang foto yang ia pegang.
Tanpa disadari, Andre berdiri di belakang papa dan neneknya. Ia hendak mencoba berjalan keluar kamar tetapi langkahnya terhenti saat mendengar ucapan neneknya. Ia terkejut dan tak tahu harus berbuat apa. Tetapi perlahan ia kembali melangkahkan kakinya ke kamarnya dan mencoba agar tak ketahuan papa dan neneknya. Di kamar ia terus memikirkan ucapan neneknya yang ia dengar tadi. Air matanya menetes.

...

Mama Andre pulang dari kerjanya, ia membuka pintu dan mendapati suaminya terduduk sendiri di ruang tamu.
“Pa? Datang kapan? Udah ketemu Andre?”

Papa Andre menoleh ke arah mama Andre. “Sudah ma. Kamu benar, Andre benar-benar berpikiran bahwa neneknya masih hidup. Besok aku akan memeriksakannya ke Dokter.”

0 komentar:

Posting Komentar