Minggu, 17 Mei 2015

0

The Strangers

*Perspektif Bayu

Aku bukan orang yang percaya adanya setan,iblis alien atau makhluk lain, yang kurasa hanya dalam dongeng belaka, dulunya. Tetapi kini sulit bagiku untuk mengatakan aku tidak memercayainya lagi.
Pagi ini, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, saat sedang di depan cermin ibuku berubah menjadi makhluk asing yang sangat menakutkan. Wajahnya memerah, matanya menjadi hitam seluruhnya, dan deretan giginya semua menjadi taring tajam. Ia menyeringai di depan cermin tersebut menyaksikan sosoknya sendiri perlahan berubah, tanpa ia sadari aku turut melihatnya.

Aku sama sekali tak tahu siapa dia, mengapa dia menyamar jadi ibuku, dan kemana ibuku yang asli. Aku sangat ketakutan. Aku mengunci diri di dalam kamar. Aku tak mau siapapun dia, yang kini menyamar menjadi ibuku itu, masuk ke sini, aku akan menunggu sampai nanti ayah pulang.
Aku terbangun dari tidur saat bel rumahku berbunyi. Ah itu dia ayah sudah pulang. Huh, aku tadi sangat ketakutan dan banyak pikiran hingga aku tertidur.

Aku segera keluar kamar untuk meyambutnya, berharap dapat menceritakan apa yang kulihat hari ini padanya. Tapi sebelum sampai ke pintu depan, langkahku berhenti. Aku melihat ayahku disambut pelukan ibuku. Itu tak aneh, yang aneh adalah kejadian setelah itu. Ya perlahan wajah ayah pun berubah, hampir sama dengan sosok yang menyamar menjadi ibuku, tetapi ia memliki dua tanduk kecil merah di atas kepalanya. Kemudian ayah dan ibu palsuku itu berbicara dalam bahasa yang tak aku mengerti diikuti dengan tawa yang terdengar jahat bagiku.

Oh tidak, kini apa yang harus aku lakukan? Aku kini tinggal bersama dua sosok menyeramkan yang menyamar menjadi orang tuaku. Aku berlari masuk ke kamar lagi. Aku harus meninggalkan rumah ini segera,harus.

Malam tiba. Ibu palsuku itu memanggilku untuk makan malam, sangat mirip dengan kebiasaan ibuku, jika saja aku tidak melihat kejadian siang tadi aku tak kan menyadari bahwa ia bukan ibuku.
Aku bergeming, terlalu takut untuk menghampiri mereka. Ayah palsuku masuk ke kamarku dalam wujud yang mirip dengan ayahku dan memintaku untuk bergabung dengan mereka menyantap makan malam. Aku terpaksa mengikutinya.

Aku sangat lapar, tetapi entah kenapa semua makanan di meja makan ini terlihat tidak enak. Aku hanya makan sedikit dan tak banyak bicara pada orang tua palsuku kecuali menanggapi pertanyaan mereka dengan enggan.

Aku memikirkan sebuah rencana. Rencana untuk kabur dari rumah ini. Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku tak tahu apa yang akan mereka perbuat padaku nantinya dan aku harus mencari orang tua asliku. Tapi bagaimana? Orang-orang tentu tak akan memercayaiku.

Sonya, ya Sonya. Sahabatku itu pasti memercayaiku dan akan membantuku. Malam ini aku akan menyelinap keluar dari kamarku dan kabur ke rumah Sonya meminta bantuannya.

...

Sulit bagiku untuk membuat Sonya menerima ceritaku. Aku sendiripun tak akan percaya bila aku yang di posisinya sekarang. Tapi toh ia tetap saja memberi tempat bagiku di rumahnya ini. Itulah mengapa aku bersahabat dengannya. Tidak hanya itu, dia juga akan membantuku mencari kebenaran di balik peristiwa yang aku alami ini. Awalnya aku menolak, aku takut terjadi sesuatu padanya, firasatku mengatakan orang atau apapun itu yang menyamar menjadi orang tuaku adalah sosok yang berbahaya.
...

Hari masih pagi saat aku dan Sonya keluar rumah, dengan sedikit penyamaran tentu saja untuk melakukan pengintaian, dan di kompleks rumahku ramai terdengar berita tentang menghilangnya diriku. Orang tua palsuku tersebut cukup lihai untuk berpura-pura menjadi orang tua yang baik sehingga berita tentang hilangnya diriku inipun tak mereka tutupi, mereka bertindak selayaknya orang tua normal saat kehilangan anaknya.

Aku dan Sonya berbagi tugas. Aku membuntuti ayah palsuku dan Sonya membuntuti ibu palsuku. Seharian aku membuntuti ayah palsuku, seperti seorang agen rahasia profesional. Aku mengikutinya keluar rumah hingga ke tempat kerja dan pulang lagi ke rumah. Tidak ada yang aneh yang kulihat  padanya hari ini, dia melakukan aktifitas normal seperti yang dilakukan ayahku dan cukup pandai berpura-pura cemas akan kehilangan diriku kepada orang lain. Tetapi saat berada dalam mobilnya aku sempat melihat sekali lagi wujudnya berubah menjadi sosok yang kemarin kulihat. Entah hanya aku yang lihat atau bagaimana, tetapi orang lain di sekitar situ tidak ada yang menyadari hal itu. Aku pun pulang kembali ke rumah Sonya berharap mendapat sesuatu petunjuk darinya.

Aku menunggu Sonya kepulangan Sonya di rumahnya. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu saat datang. Tetapi saat kutanya tentang apa yang ia dapatkan, ia hanya menggelengkan kepala. Meski begitu aku yakin dia menyembunyikan sesuatu dariku.

...

Seperti kemarin, hari ini kami masih pada rencana kami untuk mencari petunjuk dengan membuntuti orang tua palsuku itu. Tetapi tanpa sepengetahuan Sonya aku berbuat menyimpang dari rencana. Aku tak lagi membuntuti ayah palsuku. Aku membuntuti Sonya! Aku begitu curiga terhadapnya, kurasa ia telah menemukan sesuatu namun tak mau mengatakan padaku. Maka aku akan mencari tahu sendiri apa yang ia sembunyikan itu.

Aku membuntutinya sampai ke rumahku. Ia berhenti di depan pagar rumahku dan terlihat melihat sekeliling. Untuk ukuran mengintai, kurasa dia terlalu “terlihat” bila disitu. Aku dibuatnya terkejut beberapa detik kemudian setelah dia melangkah ke pintu depan rumahku dan mengetuknya. Hei, itu bukan bagian dari rencana, teriakku dalam hati, meski aku pun tak melakukan rencana kami.

Dan lihat itu, pintu dibuka, ibu palsuku dengan senyum liciknya menyambut Sonya. Sonya masuk ke dalam rumah. Sial, aku tak bisa melihatnya dari sini, aku mencari tempat lain untuk mengintai mereka.

Aku menajamkan indera penglihatan dan pendengaranku setelah aku mendapatkan titik yang strategis untuk melihat ke dalam rumah. Kembali aku dibuat terkejut, ibu palsuku berubah wujud di depan Sonya sedangkan Sonya tampak biasa saja melihatnya. Tetapi aku langsung mendapatkan alasannya setelah melihat Sonya juga berubah wujuh serupa dengan ibu palsuku itu. Ternyata Sonya juga bagian dari mereka! Aku sangat shock melihatnya, juga kecewa. Kini aku benar-benar sendiri, tidak lagi orang yang bisa kupercaya, aku harus berjuang sendiri untuk bebas dari mereka. Kembali aku mencoba untuk menangkap pembicaraan mereka, tetapi percuma, mereka berbicara menggunakan bahasa yang tak ku mengerti lagi. Hanya sesekali mereka menyebut namaku dengan mimik serius. Aku tahu itu, dan aku yakin, bahwa mereka akan segera melaksanakan niat jahatnya kepadaku. Sial, aku harus segera bertindak, aku harus menghentikan mereka dan mengakhiri semua ini, tak peduli apakah aku akan bertemu dengan orang tua dan sahabatku yang asli lagi atau tidak, aku tak mau pertaruhkan nyawaku lebih lama lagi.

...

*Perspektif Sonya

Semalam Bayu datang ke rumahku. Ia bilang bahwa ia kabur dari rumahnya dengan alasan yang sangat tidak bisa kupercaya: dua makhluk asing menakutkan telah menyamar menjadi orang tuanya. Jika saja aku tidak melihat dia ketakutan seperti itu, aku mungkin hanya mengganggapnya sedang mengerjaiku. Tetapi aku tahu betul dia, dia pembohong yang payah. Aku tahu setiap kebohongan yang ia katakan. Dan malam itu, aku sangat yakin ia berkata jujur. Maka untuk sementara aku memercayainya dan berjanji membantunya dalam kasus ini.

Sesuai janjiku tadi malam, hari ini aku membantu Bayu untuk membuntuti ibu palsunya, sedangkan dia membuntuti ayah palsunya. Saat aku melihat ibunya tersebut aku masih sulit percaya pada cerita Bayu. Tante Sofi -aku masih memanggilnya demikian- masih tampak sama seperti dulu. Tak ada perbedaan yang aku lihat. Meski begitu aku tetap harus membuntutinya. Tak mudah bagiku untuk memat-matainya saat satu kompleks tempat tinggal Bayu ramai oleh berita hilangnya Bayu. Dan aku terlibat dalam peristiwa tersebut.

Pukul 9 kulihat Tante Sofi pergi keluar rumah, air mukanya begitu sangat sedih. Aku membuntutinya. Ia menuju ke kantor polisi. Membuat laporan orang hilang kurasa? Lalu kenapa dia harus susah payah mencari Bayu bila ia bukan ibu aslinya? Bukankah jika memang ia berniat jahat tentu akan senang mengetahui Bayu tak lagi di rumahnya?

Tadinya aku cukup yakin dengan kemampuan mengintaiku, sampai saat Tante Sofi menyapaku yang sedang melamun. Sial aku ketahuan! Aku mati langkah,  tak tahu harus berbuat apa. Dia menanyakan perihal kepergian Bayu kepadaku yang tentu saja kujawab tidak tahu. Ia lalu memintaku menemaninya ke rumah sakit, ada sesuatu yang ingin ia tunjukkan padaku katanya dan ku sanggupi.
Aku masih tak mengerti maksudnya hingga saat kami bertemu dengan seorang dokter. Tante Sofi memerkenalkannya sebagai dokter Hasan, dokter yang menangani Bayu saat kecelakaan 2 minggu yang lalu. Aku ingat kecelakaan itu, bukan merupakan kecelakaan yang membuat luka luar yang parah tetapi meninggalkan trauma pada diri Bayu.

Tante Sofi berbincang dengan dokter Hasan mengenai suatu sindrom yang menyerang mental Bayu sejak kecelakaan itu. Aku kurang ingat nama sindromnya, tapi dari perbincangan mereka aku dapat mengetahui bahwa sindrom itu membuat penderitanya beranggapan orang lain adalah makhluk lain yang sedang menyamar, didukung dengan delusi yang ia dapatkan tentang orang tersebut (1). Dokter Hasan telah memerkirakan Bayu terserang sindrom tersebut saat ia menolak ditangani dokter Hasan dan mengatakan bahwa dokter Hasan adalah alien yang menyamar menjadi manusia. Namun agaknya Bayu sendiri telah melupakan kejadian tersebut karena saat itu ia masih setengah sadar. Tante Sofi takut bahwa peristiwa hilangnya Bayu ini berkaitan dengan sindrom tersebut.

Pada titik ini aku mulai bisa menangkap apa yang sebenarnya terjadi. Dan aku tak bisa membiarkan hal ini berjalan dengan salah. Aku harus membicarakan yang sebenarnya pada Bayu.

Tapi aku tak sanggup. Sesampainya di rumah ia sudah menungguku dan berharap aku menemukan petunjuk apapun. Aku memang mendapatkannya, bukan hanya petunjuk, tetapi kenyataan yang sebenarnya, namun aku seperti tidak berani mengatakannya. Kupikir aku harusnya berbicara pada tante Sofi dahulu saja besok.

...

Aku benar-benar harus membicarakan dengan tante Sofi tentang hal ini. Aku berpura-pura masih mengikuti rencanaku dengan Bayu untuk membuntuti orang tuanya hari ini. Tetapi aku datang secara terang-terangan ke rumahnya. Aku disambut hangat oleh tante Sofi dengan senyum yang agak dipaksakan, aku tahu dia masih sedih kehilangan Bayu. Aku kumpulkan keberanianku untuk berbicara yang sebenarnya padanya. Dia lega saat mengetahui Bayu ada bersamaku selama ini tetapi di saat yang sama dia juga sedih atas apa yang terjadi dengan Bayu. Aku mengajaknya untuk bertemu dengan Bayu dan menjelaskan padanya apa yang terjadi. Tetapi ia menolak, ia takut hal itu justru akan menimbulkan kebingungan pada Bayu dan memerparah keadaannya. Katanya untuk sementara ia akan membiarkan hal ini sambil berkonsultasi dengan dokter Hasan. Aku pun terpaksa menyetujuinya dan segera meminta diri untuk kembali.

Aku kembali ke rumah saat sore agar Bayu tidak curiga yang telah kulakukan. Seperti kemarin, dia sudah menungguku. Entah kenapa aku sangat ingin mengatakan padanya tetapi aku tidak bisa, ditambah dengan larangan dari tante Sofi. Perlahan aku melewatinya, setelah dua langkah yang cukup berat aku berhasil meyakinkan diriku untuk berbicara kepadanya. Sekarang aku harus memberitahunya. Ya sekarang!

...

*Perspektif Bayu

Aku kembali menunggu Sonya palsu di rumahnya. Dia masih berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dan sekarang makin jelas terlihat olehku, rahasia yang ia sembunyikan di balik bola matanya yang bulat itu. Dia melangkah masuk ke rumah dan melewatiku perlahan. Satu langkah..dua langkah..dan dia roboh tepat di hadapanku setelah kutembak belakang kepalanya. Darah berwarna putih mengalir dari lubang di kepalanya. Kuharap ini dapat membalaskan dendam Sonya yang telah ia gantikan keberadaannya.

Aku melangkah keluar mempersiapkan diriku untuk rencana selanjutnya: menghabisi kedua orang tua palsuku.

THE END

(1) Sindrom yang dimaksud adalah Capgras Syndrom. Ditemukan oleh psikiater Perancis, Jean Marie Joseph Capgras. Adalah suatu kelainan di mana seseorang mengalami delusi keyakinan bahwa seorang teman, pasangan, orang tua atau anggota keluarga dekat yang lain, telah digantikan oleh orang lain (penipu).

0 komentar:

Posting Komentar