Sabtu, 23 Agustus 2014

0

Menolak Lupa #3: Wiji Thukul

(image source: http://ryjanbrsk.files.wordpress.com/2011/01/thukul-211.jpg)

Banyak yang bilang dia sudah mati
Tapi tak sedikit yang mengharap dia kembali
Sejak reformasi hingga kini
masih hilang bagai ditelan bumi,

Si ceking yang berani dan berapi
bunga yang tumbuh mekar dari satu biji
sekuat hati tumbangkan tembok tirani

tapi tertekan dan terintimidasi
hingga harus kabur melarikan diri
meski berat hati tinggalkan anak istri,

Orang menyebutnya tumbal
atas konspirasi para feodal
Sejatinya, dialah pahlawan tak tersangkal
meski tak banyak orang kenal,

Thukul si penyair cedal
keberanian dan tekad jadi modal
kertas dan pena buat bekal
Kata-katanya akan selalu kekal
Hingga kepala musuhnya yang bebal
dia jadikan alas pijakan dia punya sendal,

Bukan begitu, Jendral?
...

Kini tangan telah terkepal
Benang-benang perlawanan tengah dipintal
Meski keringat mulai mengental
Perjuangan tak boleh gagal
diam-diam ataupun frontal
semua harus tuntas sampai final.

Atas nama kemanusiaan,
Jatinangor, Agustus 2014

0 komentar:

Posting Komentar