Sabtu, 07 Januari 2017

0

Marionet



“20 tahun yang lalu di kampung ini ada seorang lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai pemain boneka marionet. Ia hanya memiliki seorang anak laki-laki. Ia dikenal sebagai warga yang baik oleh para tetangga dan sangat sayang pada anak-anak sama halnya kepada anaknya sendiri. 

Suatu hari lelaki tersebut harus pergi keluar kota selama 3 hari meninggalkan anaknya karena anaknya saat itu masih sekolah. Saat ditinggal ayahnya, anak tersebut bertemu dengan dua anak lain yang tidak menyukainya. Anak itu diganggu dan diolok2 kedua anak laki-laki itu karena memiliki ayah seorang pemain marionet, bahkan kedua anak tersebut mengikat tangan dan kakinya layaknya boneka marionet dibawah sebuah pohon di hutan dekat kampung. Mereka meninggalkannya selama semalam. Esok paginya mereka kembali ke tempat mereka mengikat anak tersebut. Tetapi mereka tidak mendapati anak tersebut berada di tempat yang seharusnya. Mereka hanya menemukan sobekan kain lengan baju anak tersebut dengan banyak noda darah di bagian sobekannya serta tali yang mereka gunakan untuk mengikatnya yang masih tergantung di pohon. Panik, mereka melapor kepada orang tua mereka masing-masing. Tetapi orang tua mereka justru menyuruh anak-anak tersebut diam dan berpura-pura tidak tahu apa-apa mengenai hal tersebut.

Sepulang dari kepergiannya, lelaki pemain marionet bingung karena kehilangan puteranya, ia mencari kemana-mana dan bertanya kepada tetangga tetapi semua menjawab tidak tahu, termasuk kedua keluarga dari anak-anak yang bertanggung jawab atas hilangnya anaknya tersebut. Hingga akhirnya ia melapor polisi. Polisi pun mencari keberadaan anak tersebut dan ditemukanlah pohon yang digunakan untuk mengikat anak pemain marionet itu. Tali dan robekan lengan baju masih di sana karena kedua keluarga tadi tak sampai berpikir untuk menyembunyikannya. Penyelidikan terhadap benda-benda itu berlangsung cepat hingga mengarah kepada kedua keluarga tadi, terutama anak-anak mereka yang terlihat oleh warga lain berjalan bersama anak yag hilang itu pada hari hilangnya anak tersebut.

Mereka akhirnya mengaku dan meminta maaf kepada lelaki tersebut, kedua orang tua anak itu siap menggantikan anak-anak mereka yang masih di bawah umur untuk menerima hukuman. Tetapi secara mengejutkan lelaki tersebut memaafkan mereka sehingga meskipun polisi membawa kasus tersebut sampai ke pengadilan kedua orang tua tersebut, yang diwakili oleh kedua ayah hanya mendapat vonis 2 bulan penjara yang segera mereka tebus dengan uang jaminan. Para warga kagum akan kebesaran hati lelaki tersebut. 

Tetapi hari-hari berikutnya warga merasa lelaki tersebut menjadi orang yang lebih berbeda dibandingkan sebelumnya, saat anaknya masih bersamanya. Ia menjadi pemurung dan dingin, penyendiri, jarang terlihat keluar rumah. Saat keluar rumah pun hanya untuk membeli sesuatu yang ia butuhkan seperti makanan dan alat-alat untuk membuat bonekanya, meski warga sama sekali tak pernah lagi melihat ia bermain dengan boneka-bonekanya. Dan yang paling membuat warga bingung ia sama sekali berhenti berusaha mencari anaknya meski semua warga bersedia membantunya tapi dia hanya bilang itu tak perlu. Dan anak itu benar-benar tak pernah ditemukan hidup atau mati, tak ada yang tahu kabarnya.

2 bulan sejak kejadian itu sebuah peristiwa besar terjadi. Satu keluarga yaitu salah satu keluarga yang bertanggung jawab atas kematian atau hilangnya anak pemain boneka tersebut menghilang. Tak jelas apakah mereka pindah atau ada bencana yang menimpa mereka. Warga juga baru menyadari rumah mereka kosong setelah selama 4 hari mereka tak melihat satupun anggota keluarga tersebut, yang terdiri dari 4 orang, di lingkungan kampung mereka.

Polisi dikerahkan tapi tak menemukan hasil apapun. Kemudian dua minggu berselang, keluarga lain yang juga bertnggung jawab atas hilangnya anak pemain anak marionet tersebut juga mengalami hal yang sama. Kecurigaan warga mengarah pada lelaki pemain marionet itu. Polisi pun diminta warga untuk menyelidikinya. Pada penyelidikan itu polisi tak menemukan bukti atau petunjuk apapun yang dapat mengaitkan lelaki tersebut dengan hilangnya kedua keluarga itu, bahkan sampai menggeledah rumahnya.

Karena kecurigaan terhadap lelaki tersebut semakin menguat, warga mencoba melakukan penyelidikan sendiri. Saat warga mendatangi rumah lelaki tersebut dan memaksanya mengaku tentang peristiwa itu, terdengar teriakan keras dari suatu tempat di rumah lelaki itu, beberapa warga segera mencari asal suara tersebut dan yang lainnya tetap menjaga lelaki itu. Saat berhasil mengikuti sumber suara itu para warga terkejut karena mereka menemukan sebuah pintu tersembunyi di dalam rumah itu. Pintu itu kecil dan terhalang oleh lemari sehingga pada penyelidikan pertama oleh polisi mereka tidak mengetahui keberadaan pintu tersebut. Suara teriakan itu berhenti secara pilu, segera warga mendobrak pintu itu. Mereka mendapati sebuah ruangan cukup besar di balik pintu itu dan saat mereka masuk mereka disajikan pemandangan mengerikan dan bau busuk layaknya di neraka.  Mereka melihat tubuh-tubuh manusia yang tak lain adalah semua anggota kedua keluarga yg menghilang itu. Tubuh-tubuh itu digantung dengan tangan dan kaki serta punggung yang ditembus oleh kait besi tajam dan besar yang terhubung tali yang menggantung di langit-langit sehingga darah mereka pun keluar membasahi tubuh mereka. Mulut mereka dijahit dengan benang sehingga tak bisa membuka. Pada dahi mereka digoreskan luka membentuk angka yang masing-masing berurutan. 

Salah satu warga menutup mulutnya menahan muntah karena tak tahan dengan pemandangan itu. Mereka kemudian memeriksa keadaan tubuh-tubuh itu. Semua telah mati, satu tubuh, yg merupakan ayah dari salah satu keluarga itu diperkirakan baru saja mati dengan kondisi mulut berdarah dan bekas jahitan terbuka. Mereka yakin dialah yang tadi berteriak dengan memaksakan jahitan pada mulutnya terbuka. Warga memperkirakan para korban dijadikan marionet dalam keadaan hidup dan mati kelaparan secara perlahan karena mulut mereka dijahit dan tubuh mereka digantung seperti itu. Setelah memastikan kembali tak ada yang bisa diselamatkan mereka kembali ke lelaki pemain marionet itu dan segera menangkapnya atas pembunuhan yang mengerikan itu. 

Lelaki itu tak melawan saat ditangkap warga, ia justru tersenyum puas saat digelandang warga ke luar.  Para warga yg kalap akhirnya sepakat untuk menghukum lelaki itu dengan tangan mereka sendiri saat itu juga, mereka mengikatnya pada salah satu tiang, dan membakarnya hidup-hidup. 

Dan kini, sejak 20 tahun kasus mengerikan itu terjadi, teror pembunuhan marionet kembali menghantui warga. Satu per satu keluarga di kampung itu menjadi korban pembunuhan marionet, mereka dijadikan marionet manusia dengan kondisi yang sama seperti pada kedua keluarga dalam peristiwa 20 tahun lalu itu, hanya saja mereka tidak dibiarkan hidup saat digantung tapi sudah dibunuh terlebih dahulu. Isu yang menyebar mengatakan arwah lelaki itu telah bangkit dan membalas dendam kepada para warga. Dan meski mereka telah melakukan jaga malam secara rutin,pembunuhan masih terus terjadi. Para warga yang tersisa, dengan jumlah yang sedikit terpaksa pergi dari kampung mereka sendiri karena teror itu. Hingga akhirnya seperti yang kau lihat sekarang kampung ini menjadi sunyi dan kini sudah 4 bulan sejak kampung itu ditinggalkan warga. Beberapa rumah jika kau masuk lihat ke dalamnya masih dihiasi mayat keluarga yang digantungkan yang menjadi korban pembunuhan pada malam-malam terakhir, mayat-mayat itu tak sempat diturunkan warga lain karena mereka sibuk dan terburu-buru berbenah untuk pindah.

Bagaimana menurutmu, menyeramkan bukan cerita ini?”

“Sangat menyeramkan, tetapi cerita itu terlalu berlebihan. Arwah tak mungkin bisa kembali ke dunia dan membalas dendam seperti itu.”

“Yah itu hanya mitos. Tapi memang tidak ada lagi yang bisa dicurigai.”

“Masih ada satu. Anak lelaki pemain marionet itu belum mati.”

“Haha, jangan sok tahu, tidak ada yang tahu dan melihat dia masih hidup.”

“Karena orang yang mengenalnya dan melihatnya masih hidup akan langsung ia bunuh.”

“Sudahlah, kau bicara seolah-olah kau anak yang hilang itu..apa..jangan-jangan kau memang dia??”

“Dan sekarang kau mengenaliku..maaf kawan aku tak bisa membiarkanmu hidup lebih lama lagi”


0 komentar:

Posting Komentar