Sabtu, 07 Januari 2017

0

Osiris

Aku melihatnya. Berdiri tegak di samping Logan, teman sebangsalku di rumah sakit ini. 

Tak ada yang bisa kubaca raut mukanya kecuali matanya yang terasa teduh. Ia mengelus pipi Logan saat kedua orang tua Logan menangis di kedua sisi ranjang anak mereka yang kini sudah tak bernyawa. Lalu perlahan roh Logan keluar dari jasadnya. Pria itu memeluk roh Logan dan membisikkan sesuatu yang meski kucoba untuk dengarkan tapi tak bisa. Lalu pria itu menggandeng tangan roh Logan keluar dari kamar. Tapi sebelum dia melangkah melewati pintu,ia berhentu dan mengarahkan pandangannya padaku. Sejenak mukanya terluhat heran lalu kembali berjalan menuntun roh Logan.

Aku kembali melihat ranjang Logan di sampingku dan melihat kedua orang tuanya semakin tenggelam dalam tangisnya.

...

"Kau bisa melihatku?"

"Iya memangnya kenapa?"

"Seharusnya kau tak bisa melihatku."

"Kenapa tak bisa?"

"Kau tahu siapa aku?"

"Tidak, tapi aku tahu kau bukan manusia. Apa kau hantu?"

"Aku malaikat pencabut nyawa."

"Benarkah? Tapi kau tak terlihat seperti itu."

"Maksudmu pakaianku? Malaikat pencabut nyawa bukan seperti yang kalian, manusia, bayangkan. Kami berpenampilan sama dengan kalian. Lagipula tidak ada perlunya bagi kami untuk berpakaian seram. Mm tapi terkadang aku membawa arit besar dan memakai jubah hitam hanya untuk ikut merayakan haloween kalian."

"Bukan itu maksudku, aku dengar malaikat pencabut nyawa mengambil nyawa orang dengan cara yang menyakitkan, tetapi kulihat roh Logan begitu tenang saat keluar dari tubuhnya."

Dia tertawa. Aku yakin sama sekali tak ada yang lucu dari perkataanku tadi.

"Hal pertama kau memang salah, tak ada rasa sakit saat rohmu lepas dari jasadmu. Kau tahu rasa sakit itu hanya ada di otak kan? sedangkan roh tak lagi memiliki otak. Kedua, meski kalian menyebutku malaikat pencabut nyawa, tak ada yang bisa kulakukan untuk mengambil nyawa manusia, semua itu sudah ditentukan Yang Maha Berkehendak sesuai dengan waktu kematian kalian masing-masing. Aku hanya menjemput roh manusia agar ia tak tersesat. Oh iya mungkin aku punya nama personal yang kalian kenal, tetapi aku tidak sendiri, banyak malaikat sepertiku -yang juga bertugas menjemput roh-. Jadi nama personal yang kalian gunakan itu merujuk pada kelompok malaikat yang memiliki tugas sama denganku."

"Lalu kenapa aku bisa melihatmu? Apakah karena kematianku sebentar lagi?"

"Tentang itu aku juga tak tahu, baru kali ini aku mengalaminya. Waktu kematianmu masih..oh tidak, aku tak boleh mengatakannya padamu. Lagipula orang yang akan mati juga tak bisa melihatku, hanya roh yang telah lepas dari tubuh duniawinya saja yang bisa."

"Apa kau tak punya petunjuk tentang itu?"

"Aku bisa saja menanyakan pada teman-temanku, tapi sepertinya mereka juga tak tahu. Lagipula aku sibuk, begitupun mereka. Aku yakin nantinya kau akan temukan jawabannya. Kau khawatir tentang ini?"

Aku mengangguk cemas.

Dia tersenyum. "Tak ada yang perlu kau khawatirkan, tenang saja."

Senyum ajaibnya menghapus kecemasanku seketika. "Apa kau punya waktu? Aku sangat tertarik karena bisa melihatmu. Aku ingin berbincang sedikit lama denganmu."

"Untuk beberapa menit ke depan dalam hitungan waktu duniamu, aku bisa menemanimu."

"Apa kau marah kalau aku banyak bertanya tentangmu?

"Makhluk sepertiku tak punya rasa marah, kami hanya diperbolehkan menikmati kesenangan dan kesedihan. Jadi aku tak mungkin marah, tetapi mungkin aku tak menjawab bila kau memberikan pertanyaan yang memang tak boleh kujawab."

"Satu hal yang selalu aku ingin tahu. Apakah surga dan neraka itu benar-benar ada?"

Dia kembali tersenyum "Kau langsung menanyakan pertanyaan yang  tak bisa kujawab. Tetapi bisa kupastikan padamu, kehidupan setelah kematian itu nyata."

"Bisakah orang yang sudah meninggal bertemu dengan orang yang masih hidup?"

"Tidak bisa. Meskipun banyak dari mereka yang sangat ingin."

"Bagaimana dengan hantu? Banyak orang yang mengaku melihat hantu, roh orang yang sudah meninggal."

"Itu hanya refleksi dari bayangan yang terbentuk di otak orang yang melihatnya. Bayangan itu biasanya terbentuk dari suatu trauma si orang meninggal. Misal saat seseorang sangat terpukul dengan perceraian orang tuamu, dia merasakan kesedihan yang mendalam di dalam kamarnya, trauma kesedihan itu biasanya akan menetap di tempat tersebut, di kamar orang tersebut, yang nantinya bisa membentuk bayangan dirinya setelah meninggal. Tak hanya rasa sedih, rasa senang, kecewa, marah juga bisa membentuk bayangan itu."

Aku mengerutkan dahiku, tak mengerti apa yang dia katakan.

"Ilmu pengetahuan kalian masih belum sampai kesana, kau akan lebih mudah memahaminya jika kalian mau mencari tahu tentang itu sendiri."

"Apa Tuhan benar-benar peduli terhadap kami, manusia?"

"Tak ada yang lebih Dia sayangi daripada kalian. Jika aku bisa merasakan cemburu mungkin aku akan sangat cemburu."

"Jika demikian mengapa masih ada penderitaan di dunia ini? Di kehidupan kami?"

"Penderitaan muncul karena perbuatan kalian sendiri, Tuhan bisa saja mengangkat kalian dari penderitaan itu, tapi Dia lebih senang memberi kesempatan kalian untuk belajar melalui penderitaan itu. Dan cara yang digunakan Tuhan untuk menolong kalian, rancangan yang Dia buat bagi hidup kalian seringkali di luar pemikiran kalian."

"Tentu kau selalu merasa sedih saat menjemput orang menuju ajalnya? Apa aku keliru?"

"Tidak selalu, kematian anak kecil seperti teman sekamarmu tadi adalah yang paling sering membuatku sedih. Tapi terkadang kematian juga adalah cara Tuhan untuk mengangkat penderitaan seseorang,seperti yang telah kita bicarakan sebelumnya. Kuberi contoh seperti orang yang selama bertahun-tahun menderita sakit parah, kematian akan lebih melegakan baginya dan terkadang bagi keluarganya pula. Kematian tak selalu buruk. Beberapa orang juga mendapat kematian yang indah,oh tapi aku tak bisa menjelaskan hal itu lebih jauh kepadamu. Kau bisa mencari tahu tentang itu, tapi tidak dari mulutku."

"Tak bisakah manusia hidup abadi di dunia ini?"

"Kau serius bertanya itu? Tak lihatkah kau pada keadaan duniamu? Aku tak yakin orang menginginkan hidup abadi di dunia seperti ini, bilapun ada dan orang itu mendapatkannya aku jamin dia akan menyesalinya."

"Bagaimana dengan kematian dini,pada bayi atau anak kecil misalnya, mereka belum belajar tentang kehidupan dan lainnya, atau bagaimana tentang kematian sebelum kelahiran?"

"Aku menyesal, yang satu ini juga tak bisa kujawab. Lagipula aku harus pergi sekarang."

"Baiklah terima kasih atas waktumu. Senang berbincang denganmu."

"Istirahatkanlah pikiranmu, jangan kau penuhi dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Pikirkanlah saja bahwa kau akan segera sembuh."

Pria itu memudar dan hilang setelah memberikan senyum hangatnya.

















0

Marionet



“20 tahun yang lalu di kampung ini ada seorang lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai pemain boneka marionet. Ia hanya memiliki seorang anak laki-laki. Ia dikenal sebagai warga yang baik oleh para tetangga dan sangat sayang pada anak-anak sama halnya kepada anaknya sendiri. 

Suatu hari lelaki tersebut harus pergi keluar kota selama 3 hari meninggalkan anaknya karena anaknya saat itu masih sekolah. Saat ditinggal ayahnya, anak tersebut bertemu dengan dua anak lain yang tidak menyukainya. Anak itu diganggu dan diolok2 kedua anak laki-laki itu karena memiliki ayah seorang pemain marionet, bahkan kedua anak tersebut mengikat tangan dan kakinya layaknya boneka marionet dibawah sebuah pohon di hutan dekat kampung. Mereka meninggalkannya selama semalam. Esok paginya mereka kembali ke tempat mereka mengikat anak tersebut. Tetapi mereka tidak mendapati anak tersebut berada di tempat yang seharusnya. Mereka hanya menemukan sobekan kain lengan baju anak tersebut dengan banyak noda darah di bagian sobekannya serta tali yang mereka gunakan untuk mengikatnya yang masih tergantung di pohon. Panik, mereka melapor kepada orang tua mereka masing-masing. Tetapi orang tua mereka justru menyuruh anak-anak tersebut diam dan berpura-pura tidak tahu apa-apa mengenai hal tersebut.

Sepulang dari kepergiannya, lelaki pemain marionet bingung karena kehilangan puteranya, ia mencari kemana-mana dan bertanya kepada tetangga tetapi semua menjawab tidak tahu, termasuk kedua keluarga dari anak-anak yang bertanggung jawab atas hilangnya anaknya tersebut. Hingga akhirnya ia melapor polisi. Polisi pun mencari keberadaan anak tersebut dan ditemukanlah pohon yang digunakan untuk mengikat anak pemain marionet itu. Tali dan robekan lengan baju masih di sana karena kedua keluarga tadi tak sampai berpikir untuk menyembunyikannya. Penyelidikan terhadap benda-benda itu berlangsung cepat hingga mengarah kepada kedua keluarga tadi, terutama anak-anak mereka yang terlihat oleh warga lain berjalan bersama anak yag hilang itu pada hari hilangnya anak tersebut.

Mereka akhirnya mengaku dan meminta maaf kepada lelaki tersebut, kedua orang tua anak itu siap menggantikan anak-anak mereka yang masih di bawah umur untuk menerima hukuman. Tetapi secara mengejutkan lelaki tersebut memaafkan mereka sehingga meskipun polisi membawa kasus tersebut sampai ke pengadilan kedua orang tua tersebut, yang diwakili oleh kedua ayah hanya mendapat vonis 2 bulan penjara yang segera mereka tebus dengan uang jaminan. Para warga kagum akan kebesaran hati lelaki tersebut. 

Tetapi hari-hari berikutnya warga merasa lelaki tersebut menjadi orang yang lebih berbeda dibandingkan sebelumnya, saat anaknya masih bersamanya. Ia menjadi pemurung dan dingin, penyendiri, jarang terlihat keluar rumah. Saat keluar rumah pun hanya untuk membeli sesuatu yang ia butuhkan seperti makanan dan alat-alat untuk membuat bonekanya, meski warga sama sekali tak pernah lagi melihat ia bermain dengan boneka-bonekanya. Dan yang paling membuat warga bingung ia sama sekali berhenti berusaha mencari anaknya meski semua warga bersedia membantunya tapi dia hanya bilang itu tak perlu. Dan anak itu benar-benar tak pernah ditemukan hidup atau mati, tak ada yang tahu kabarnya.

2 bulan sejak kejadian itu sebuah peristiwa besar terjadi. Satu keluarga yaitu salah satu keluarga yang bertanggung jawab atas kematian atau hilangnya anak pemain boneka tersebut menghilang. Tak jelas apakah mereka pindah atau ada bencana yang menimpa mereka. Warga juga baru menyadari rumah mereka kosong setelah selama 4 hari mereka tak melihat satupun anggota keluarga tersebut, yang terdiri dari 4 orang, di lingkungan kampung mereka.

Polisi dikerahkan tapi tak menemukan hasil apapun. Kemudian dua minggu berselang, keluarga lain yang juga bertnggung jawab atas hilangnya anak pemain anak marionet tersebut juga mengalami hal yang sama. Kecurigaan warga mengarah pada lelaki pemain marionet itu. Polisi pun diminta warga untuk menyelidikinya. Pada penyelidikan itu polisi tak menemukan bukti atau petunjuk apapun yang dapat mengaitkan lelaki tersebut dengan hilangnya kedua keluarga itu, bahkan sampai menggeledah rumahnya.

Karena kecurigaan terhadap lelaki tersebut semakin menguat, warga mencoba melakukan penyelidikan sendiri. Saat warga mendatangi rumah lelaki tersebut dan memaksanya mengaku tentang peristiwa itu, terdengar teriakan keras dari suatu tempat di rumah lelaki itu, beberapa warga segera mencari asal suara tersebut dan yang lainnya tetap menjaga lelaki itu. Saat berhasil mengikuti sumber suara itu para warga terkejut karena mereka menemukan sebuah pintu tersembunyi di dalam rumah itu. Pintu itu kecil dan terhalang oleh lemari sehingga pada penyelidikan pertama oleh polisi mereka tidak mengetahui keberadaan pintu tersebut. Suara teriakan itu berhenti secara pilu, segera warga mendobrak pintu itu. Mereka mendapati sebuah ruangan cukup besar di balik pintu itu dan saat mereka masuk mereka disajikan pemandangan mengerikan dan bau busuk layaknya di neraka.  Mereka melihat tubuh-tubuh manusia yang tak lain adalah semua anggota kedua keluarga yg menghilang itu. Tubuh-tubuh itu digantung dengan tangan dan kaki serta punggung yang ditembus oleh kait besi tajam dan besar yang terhubung tali yang menggantung di langit-langit sehingga darah mereka pun keluar membasahi tubuh mereka. Mulut mereka dijahit dengan benang sehingga tak bisa membuka. Pada dahi mereka digoreskan luka membentuk angka yang masing-masing berurutan. 

Salah satu warga menutup mulutnya menahan muntah karena tak tahan dengan pemandangan itu. Mereka kemudian memeriksa keadaan tubuh-tubuh itu. Semua telah mati, satu tubuh, yg merupakan ayah dari salah satu keluarga itu diperkirakan baru saja mati dengan kondisi mulut berdarah dan bekas jahitan terbuka. Mereka yakin dialah yang tadi berteriak dengan memaksakan jahitan pada mulutnya terbuka. Warga memperkirakan para korban dijadikan marionet dalam keadaan hidup dan mati kelaparan secara perlahan karena mulut mereka dijahit dan tubuh mereka digantung seperti itu. Setelah memastikan kembali tak ada yang bisa diselamatkan mereka kembali ke lelaki pemain marionet itu dan segera menangkapnya atas pembunuhan yang mengerikan itu. 

Lelaki itu tak melawan saat ditangkap warga, ia justru tersenyum puas saat digelandang warga ke luar.  Para warga yg kalap akhirnya sepakat untuk menghukum lelaki itu dengan tangan mereka sendiri saat itu juga, mereka mengikatnya pada salah satu tiang, dan membakarnya hidup-hidup. 

Dan kini, sejak 20 tahun kasus mengerikan itu terjadi, teror pembunuhan marionet kembali menghantui warga. Satu per satu keluarga di kampung itu menjadi korban pembunuhan marionet, mereka dijadikan marionet manusia dengan kondisi yang sama seperti pada kedua keluarga dalam peristiwa 20 tahun lalu itu, hanya saja mereka tidak dibiarkan hidup saat digantung tapi sudah dibunuh terlebih dahulu. Isu yang menyebar mengatakan arwah lelaki itu telah bangkit dan membalas dendam kepada para warga. Dan meski mereka telah melakukan jaga malam secara rutin,pembunuhan masih terus terjadi. Para warga yang tersisa, dengan jumlah yang sedikit terpaksa pergi dari kampung mereka sendiri karena teror itu. Hingga akhirnya seperti yang kau lihat sekarang kampung ini menjadi sunyi dan kini sudah 4 bulan sejak kampung itu ditinggalkan warga. Beberapa rumah jika kau masuk lihat ke dalamnya masih dihiasi mayat keluarga yang digantungkan yang menjadi korban pembunuhan pada malam-malam terakhir, mayat-mayat itu tak sempat diturunkan warga lain karena mereka sibuk dan terburu-buru berbenah untuk pindah.

Bagaimana menurutmu, menyeramkan bukan cerita ini?”

“Sangat menyeramkan, tetapi cerita itu terlalu berlebihan. Arwah tak mungkin bisa kembali ke dunia dan membalas dendam seperti itu.”

“Yah itu hanya mitos. Tapi memang tidak ada lagi yang bisa dicurigai.”

“Masih ada satu. Anak lelaki pemain marionet itu belum mati.”

“Haha, jangan sok tahu, tidak ada yang tahu dan melihat dia masih hidup.”

“Karena orang yang mengenalnya dan melihatnya masih hidup akan langsung ia bunuh.”

“Sudahlah, kau bicara seolah-olah kau anak yang hilang itu..apa..jangan-jangan kau memang dia??”

“Dan sekarang kau mengenaliku..maaf kawan aku tak bisa membiarkanmu hidup lebih lama lagi”