Medusa adalah
bungsu dari tiga bersaudara anak dari dewa laut kuno Phorcys dan
adiknya Ceto. Kedua kakaknya adalah
makhluk kekal yang disebut Gorgon,
bernama Stheno dan Euriale, sedangkan Medusa terlahir sebagai manusia
biasa.
|
Medusa sebelum dikutuk oleh Athena (sumber: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/98/60/2a/98602a6f1bce584829c31ffade748901.jpg) |
Medusa
sangat cantik dan lembut hatinya, karenanya ia terpilih menjadi biarawan di
salah satu kuil milik Dewi Athena bersama perawan-perawan terpilih lainnya.
Tetapi, karena kecantikannya pulalah Ia harus terusir dari kuil tersebut. Kecantikan
Medusa, yang disebut-sebut dapat membuat iri para Dewi maupun manusia biasa,
telah menarik hati Poseidon, Sang Dewa Lautan. Hingga akhirnya Poseidon menggagahi
Medusa secara paksa di kuil Athena.
Alih-alih
marah kepada Poseidon, Athena yang murka karena kuilnya telah terkotori
melampiaskan kemarahannya kepada Medusa. Ia mengusir Medusa dari kuilnya dan
mengutuk Medusa menjadi Gorgon seperti kedua kakaknya. Kecantikannya lenyap
seketika. Kulit putih dan halusnya berubah hitam kehijauan dan bersisik.
Matanya menyala merah. Tiap helai rambut panjangnya yang halus berubah menjadi
seekor ular ganas.
Meski
fisiknya berubah total, hati Medusa masih lemah lembut seperti sebelumnya. Ia
menangis mohon ampun kepada Athena meskipun bukan dia yang bersalah. Athena
tetap mengusir Medusa dan tidak mencabut kutukannya. Tetapi ia juga merasa
kasihan pada Medusa, dengan wujud yang mengerikan seperti itu, orang-orang
pasti akan berusaha membunuhnya karena meskipun berwujud sama dengan
saudara-saudaranya, Medusa tidak dapat hidup kekal seperti mereka, pikir
Athena. Athena memberikan kekuatan pada Medusa untuk melindungi dirinya, yaitu
orang-orang akan menjadi batu saat menatap langsung mata merahnya.
Medusa pun
pasrah dengan keadaannya sekarang. Ia mengasingkan diri dalam sebuah hutan
kecil yang jauh dari keramaian manusia. Kedua saudarinya sering mengunjungi
Medusa untuk menghiburnya, tetapi malam harinya mereka harus kembali menjaga
tempat tinggal mereka.
Setelah
sekian tahun lamanya, hutan tersebut menjadi cukup dikenal oleh orang-orang,
sebagai hutan keramat. Tak ada yang berani masuk ke dalam hutan tersebut,
seiring berkembangnya kisah monster bernama Medusa yang mendiami hutan
tersebut. Setiap manusia yang masuk ke dalam hutan tersebut, dapat dipastikan
tak akan pernah keluar lagi. Mereka menjadi batu. Ya, mereka bertemu secara
langsung dengan Medusa dan malang bagi mereka harus mati membatu sebelum sempat
menyelamatkan diri.
|
Medusa (sumber: http://beastsandcreatures.com/med09L.jpg) |
Tentu saja
Medusa tak sengaja melakukan itu, ia tak bisa mengontrol kekuatan yang ia
anggap kutukan itu. Memang banyak yang ingin membunuhnya saat melihat wujud
Medusa dan dengan “kekuatan” itu berulang kali Medusa dapat selamat. Tetapi
jika bisa memilih, Medusa sangat ingin mati dibunuh salah satu dari mereka
ketimbang harus menanggung dosa atas kematian banyak orang tersebut.
...
Suatu pagi
saat terduduk di tepi sungai, Medusa mendengar suara manusia.
“Chiron..Chiron..”
Sepertinya
orang itu mencari temannya, pikir Medusa. Sudah hampir 10 bulan Medusa tak
pernah bertemu manusia sejak hutan itu dianggap keramat. Ia kini lebih
berhati-hati bertemu manusia. Ia bersembunyi di balik sebuah pohon besar agar orang
tersebut tidak melihatnya.
“Chiron..”
Suara
tersebut terdengar semakin dekat. Lalu tampaklah orang tersebut. Ia seorang
pemuda. Dari pakaian yang ia kenakan ia hanya penduduk desa biasa. Ia memegang
sebuah tongkat kayu.
Cukup lama
bagi Medusa untuk menyadari bahwa pemuda tersebut tunanetra. Ia mengetahuinya
dari cara berjalan pemuda tersebut yang terlihat aneh dan menggunakan tongkat.
Medusa
keluar dari persembunyiannya dan mencoba menyapa pemuda tersebut. Karena kekuatannya
hanya berdampak saat orang melakukan kontak mata dengannya, maka pemuda buta
tersebut tentu aman dari kekuatan mata Medusa.
“Kau
mencari temanmu?”
Pemuda itu
terkejut dan berhenti secara tiba-tiba. Namun ia segera dapat mengendalikan
keterkejutannya. “Ah Nona, aku memang mencari temanku, namun ia bukan manusia,
ia seekor anjing, Chiron namanya, apa kau melihatnya? Ia besar dan berbulu emas
halus.”
“Tidak,
aku tidak melihatnya. Kau darimana? Mengapa ke hutan ini?”
“Aku dari
desa sebelah hutan ini. Aku ingin mencari kayu bakar untuk perapian rumahku
malam ini. Oh iya, namaku Anthony, kau siapa Nona? Sedang apa di sini?”
Medusa
terdiam sejenak, ada keraguan dalam hatinya untuk memperkenalkan dirinya yang
sebenarnya. “Namaku Medusa, aku tinggal di hutan ini.” Medusa melihat ke arah
Anthony penasaran dengan reaksi pemuda itu. Namun agaknya Anthony baru
mendengar nama Medusa atau dengan kata lain belum tahu kisah tentang Medusa dari
orang-orang.
“Kau
seorang diri di sini? Kemana keluargamu?”
“Iya,
saudari-saudari tinggal jauh dari tepat ini tapi terkadang mereka sering ke
sini menjengukku.”
Tepat di
saat Medusa mengakiri kalimatnya, terdengar suara gonggongan anjing dua kali,
dan seekor anjing berlari kegirangan ke arah Anthony lalu berputar-putar di
dekat kaki Anthony.
“Chiron,
itukah kau? Dari mana saja kamu? Dasar anjing nakal.” Anthony berlutut dan memeluk
anjing itu.
Medusa
cukup heran melihat pemandangan di depannya, seorang pemuda tinggi besar dan
sudah dewasa masih bermain akrab dengan anjing peliharaan. Sebagai seekor
binatang, anjing itu pun luput dari kekuatan Medusa, karena hanya berdampak
pada manusia saja.
“Medusa,
ini anjingku Chiron. Tadi dia terpisah denganku saat mengejar kupu-kupu. Sekarang
aku sudah menemukannya, aku pamit pergi aku harus melanjutkan mencari kayu
bakar sebelum malam tiba. Maaf mengganggu waktumu.”
“Kau tidak
menggangguku, sama sekali tidak. Justru aku senang bertemu denganmu. Kalau kau
tidak keberatan, mau kah kau kutemani mencari kayu bakar? Sepertinya kau akan sulit
mencarinya?” ucap Medusa pelan takut menyinggung Anthony.
“Haha..aku
memang tidak bisa melihat tapi bukan berarti aku tidak bisa jalan. Untuk itulah
aku akrab dengan Chiron, dia yang selalu menuntunku kemanapun aku ingin pergi.
Tapi bila memang kau mau, bolehlah kau menemaniku mencari kayu bakar, kau pasti
lebih tahu banyak hutan ini.”
Begitulah,
Medusa dan Anthony pun menjadi akrab satu sama lain. Medusa sangat senang,
setelah sekian lama akhirnya ia menemukan teman lagi yang dapat ia ajak
berbincang selain kedua saudarinya. Begitu pun Anthony, karena mengalami
kebutaan sejak kecil, ia menjadi sulit mendapatkan teman.
Setelah
selesai mengumpulkan kayu bakar Anthony mencoba mengajak Medusa untuk
berkunjung ke rumahnya, tetapi Medusa menolak tentu saja, ia tak mau seluruh
warga desa melihatnya. Medusa pun beralasan bahwa ia tak bisa meninggalkan
rumahnya.
“Baiklah
kalau begitu, tapi bolehkah esok aku ke sini lagi. Aku senang berbincang
denganmu, kau teman yang asyik diajak bicara.”
“Tentu
saja, aku akan menunggumu di sini. Chiron, besok kau ajak lagi Anthony ke sini
ya, jangan sampai dia tersesat lagi.” Chiron menggonggong dan
mengibaskan-ibaskan ekornya menanggapi perkataan Medusa.
Anthony
tertawa, ia senang Chiron pun bisa akrab dengan Medusa. Lalu ia pamit
meninggalkan Medusa.
...
Sesuai
janjinya, Anthony kembali mendatangi Medusa esok harinya. Kali ini tidak untuk
mencari kayu bakar, tetapi memang ingin bertemu Medusa.
“Kau masih
punya keluarga Anthony? Atau hanya hidup berdua dengan Chiron? Aku belum pernah
mendengar kau bercerita tentang keluargamu?”
“Satu-satunya
keluarga yang kukenal cuma nenekku, tapi dia pun kini sudah tiada. Ayah ibuku
meninggal saat aku masih kecil, dibunuh kawanan perampok menyisakan aku seorang
yang kemudian diambil dan dirawat oleh nenek sampai remaja. Nenek meninggal
karena penyakitnya. Saat masih belum terserang penyakit, nenek membawakanku
Chiron yang masih bayi, ia menemukan di pinggir jalan. Sejak saat itu aku selalu
bermain dengan Chiron, dia menjadi mataku, menjadi cahaya dalam kegelapanku. Aku
tak tahu bagaimana nanti jika ia pergi meninggalkanku, apakah aku masih bisa
melanjutkan hidupku, seperti kemarin saat kehilangan dia, aku sangat takut. Kadang
ketakutanku membuatku berpikir untuk bunuh diri saja, namun aku juga tak tega untuk
meninggalkan Chiron sendirian.”
Medusa
sangat sedih mendengar cerita Anthony, pada titik ini dia merasa senasib dengan
Anthony, di mana para dewa berlaku tidak adil terhadap mereka berdua.
Medusa dan
Anthony makin akrab sejak saat itu dan hampir setiap hari Anthony ke hutan
tersebut baik untuk mencari kayu bakar atau hanya sekedar berbincang dengan Medusa.
Bahkan setelah musim dingin telah lewat, Anthony makin sering ke hutan itu
bersama Chiron.
Tak perlu
panah Dewa Eros untuk menyatukan hati Medusa dan Anthony, karena sejak awal
pertemuan pun mereka sudah memendam rasa satu sama lain. Maka tanpa keraguan,
Anthony meminta Medusa untuk hidup bersama dengannya sebagai kekasih. Namun
sayangnya, Medusa tak bisa menyanggupinya, walaupun dalam hatinya sangat ingin
menerima permintaan Anthony. Ia sadar betul siapa dirinya sekarang, tak layak
ia bersanding dengan pemuda itu. Awalnya, Anthony mengira Medusa tidak mau
menerimanya karena ia buta, tapi meski baru mengenal Medusa beberapa minggu, ia
tahu betul Medusa bukan wanita yang demikian, ia pasti punya alasan lain, Anthony
meyakinkan dirinya sendiri, tetapi ia juga tidak berani menanyakan alasan lain
itu pada Medusa. Medusa tahu isi pikiran Anthony, hatinya menjadi semakin
gelisah.
Kegelisahan
hati Medusa itu ia sampaikan kepada kedua saudarinya, Stheno dan Euriale.
Medusa tahu ia tak mungkin bersama dengan Anthony selamanya, tetapi ia juga
ingin menolong Anthony yang malang. Stheno yang kasihan melihat adiknya,
memberanikan diri menghadap Athena untuk meminta pengampunan atas Medusa,
tetapi ia ditolak mentah-mentah. Ketiga Gorgon bersaudara itu tak tahu lagi harus berbuat
apa.
...
“Anthony, kau
masih mencintaiku?” tanya Medusa dalam pertemuannya dengan Anthony pada suatu
hari.
“Sejak aku
nyatakan cintaku padamu, perasaanku tak pernah berubah, meski kau belum bisa
menerimaku.”
“Bukan aku tak
mau menerimamu, aku pun mencintaimu, tetapi kita tak bisa bersama, ada hal yang
belum bisa kusampaikan padamu, yang menghalangi cinta kita.”
“Aku akan
menunggu sampai kau mengatakannya, dan sampai kita menemukan cara untuk bisa
mengatasinya.”
“Katakan
padaku, apa kau ingin bisa melihat?”
“Itu
keinginanku dari kecil, dan kini keinginanku itu membesar, karena aku ingin
melihat wajahmu, wajah orang yang kukasihi.”
“Berjanjilah Anthony, kelak bila kau bisa melihat, kau akan terus melanjutkan hidupmu, meski
tanpa diriku.”
“Apa maksudmu?
Aku lebih memilih untuk hidup denganmu dalam gelap ketimbang bisa melihat
seluruh dunia, tanpa kau di dalamnya.”
“Kau tak
mengerti Anthony, kita tak ditakdirkan bersama, para dewa di gunung Olimpus itu tak akan
mengijinkan itu. Kita berbeda, kau manusia dan aku..aku monster.” Medusa
menangis. “Inilah yang ingin kukatakan padamu, yang membuatku tak bisa
menerimamu..bahwa aku bukan manusia biasa sepertimu. Aku monster terkutuk. Orang
yang melihatku akan berubah menjadi batu, kau beruntung karena tak bisa melihat
sehingga kau masih bisa hidup.”
Anthony terdiam
lalu tiba-tiba tersenyum. “Mungkin ini kali pertama aku harus bersyukur menjadi
orang buta. Aku sudah tahu itu.”
Medusa heran.
“Aku tahu tentangmu sejak
pertemuan kita yang kedua. Saat kembali ke rumah aku menceritakan pertemuanku
denganmu pada seorang tetangga. Dan ia menceritakan kisahmu, sebagai seorang
monster yang jahat.”
“Lalu mengapa
kau masih datang ke hutan ini? Kau tak takut padaku?”
“Chiron..aku
lebih percaya Chiron daripada siapa pun. Chiron akan menyalak pada sesuatu yang
jahat, yang berbahaya bagi diriku. Tapi kepadamu, ia justru senang di dekatmu.
Medusa aku sudah menerima bagaimanapun dirimu sejak saat itu sebagai temanku,
sahabatku, dan kini sebagai orang yang kucintai. Kuharap perbedaan ini tidak
kau takutkan lagi.”
“Bukan hanya
itu saja Anthony, kutukan Athena, ia akan selalu mengikuti, aku takut kau pun
akan terkena kutukan itu bila terus bersamaku.” Medusa bangkit berdiri dan lari
meninggalkan Anthony, tetapi sebelum langkahnya kian jauh, ia berteriak “esok
pagi kau akan bisa melihat, jangan temui aku lagi di sini, lanjutkan hidupmu,
carilah wanita yang layak untukmu, ini pertemuan kita yang terakhir.”
Medusa pergi menemui
Euriale, ia tahu kakak keduanya itu memiliki kekuatan untuk menyembuhkan
Anthony. Tekadnya sudah bulat, bahwa ia ingin membuat Anthony sembuh meski
konsekuensinya ia tak boleh lagi bertemu Anthony. Euriale sedikit berdebat
dengan keputusan adiknya tersebut tetapi ia tetap mengikutinya.
...
Esok
paginya saat bangun dari tidur, Anthony sudah bisa melihat. Ia tak terlalu
terkejut karena mengira ini mimpi, mimpi yang sama setiap paginya, bahwa ia
bisa melihat. Tapi tidak, ini lain, ini terlihat nyata. Anthony menampar
pipinya keras, ia kini yakin bahwa ini bukan mimpi. Ia benar-benar bisa
melihat!
Anthony
amat senang. Senyum mengembang di wajahnya dengan cepat. Tapi dengan cepat pula
senyum itu menyusut saat ia teringat perkataan Medusa kemarin yang menjadi
kenyataan pagi ini.
Medusa! Ya
Anthony merasa ia harus menemuinya. Ini pasti berkat Medusa ucapnya dalam hati.
Ia berlari cukup kencang ke arah hutan membuat Chiron terkejut dan cukup sulit
menyusulnya.
Anthony akhirnya
harus meminta Chiron untuk menunjukkan jalan yang tentu saja asing baginya. Ia takut
Medusa sudah menghilang dari hutan itu. Ia tak ingin kehilangan kekasih
monsternya itu. Mereka pun sampai ke dalam hutan. Terburu-buru, Anthony ke arah
sungai tempat ia biasa berbincang dengan Medusa.
Harapannya
terkabul. Medusa belum meninggalkan hutan itu. Ia melihat sosok yang ia yakini
sebgai Medusa. Wanita berambut ular. Persis seperti yang diceritakan
tetangganya waktu itu.
Medusa tak
melihat Anthony karena ia membelakanginya. Anthony berlari dan memanggil Medusa,
membuat wanita itu terkejut dan segera membalikkan badannya yang membuat ia
makin terkejut. Medusa tak percaya Anthony begitu nekat melanggar larangannya
kemarin. Ia memejamkan matanya agar tak melakukan kontak mata dengan Anthony.
“Bodoh,
kenapa kau tetap datang kemari?”
“Aku sudah
bisa melihat Medusa. Aku yakin ini semua pasti berkatmu bukan? Aku ingin
mengucapkan terimakasih.”
“Kau tak
perlu melakukan itu, kau hanya akan membahayakan dirimu, kau sendiri tahu kau
bisa berubah jadi batu jika menatap mataku.”
“Ah maaf,
aku tak memedulikan hal itu, aku hanya ingin melihatmu, orang pertama yang
ingin kulihat saat aku sudah tak buta lagi.”
“Dan
sekarang kau sudah bisa melihatku, lalu apa? Kau takut? Aku bukan wanita cantik
seperti yang semua laki-laki impikan, kulitku bersisik dan rambutku ular hidup.
Aku monster!”
“Jangan
katakan itu Medusa, kau mencintaiku meski aku dulu buta, dan aku pun
mencintaimu meski kau menggaggap dirimu monster.”
Medusa
menangis dan tetap terpejam, ia sungguh takut Anthony berubah jadi batu.
“Medusa
aku mencintaimu.”
“Aku juga
mencintaimu Anthony, tapi bisakah kau pergi sejenak, aku akan mencari cara agar
aku tak perlu bertatap mata denganmu.”
Anthony meringis seidikit kesakitan “Ah
sepertinya aku tak bisa memenuhi permintaanmu Medusa. Kakiku..kakiku terasa kaku,
aku tak bisa bergerak.”
Medusa
terkejut dan membuka matanya menatap ke arah kaki Anthony. Demi Zeus, Raja para
dewa! Kaki Anthony telah membatu, terlambat bagi mereka berdua, sihir mata Medusa
telah mengenai Anthony.
“Anthony! Tidak, maafkan aku, aku tak
bermaksud..a,aku tak tahu mengapa masih bisa begini.”
Bagian tubuh
Anthony yang membatu semakin ke atas. “Tidak Medusa, tidak apa-apa, ini semua
salahku. Aku yang gegabah menemuimu. Tetapi aku tidak menyesal karena akhirnya
aku bisa melihat wajahmu. Kau cantik Medusa. Mungkin kau memang monster dari
luar, tetapi di dalam kau masih berhati manusia. Tetaplah seperti itu aku
mencintaimu. A..” Anthony tak sempat menyelesaikan ucapannya karena mulutnya
pun telah membatu dan tak lama Anthony menjadi batu seutuhnya.
“Tidak
Anthony, jangaann. Jangan tinggalkan aku, kau harus hidup Anthony. Anthonyyyy” Medusa
mengerang kencang, terdengar mengerikan. Ia mengutuki semua dewa, termasuk
Athena dan Poseidon. Ia murka. Kemurkaannya membuatnya berubah jahat. Tak ada
lagi kelemah lembutan dalam hatinya. Ia sama sekali berbeda dengan Medusa
sebelumnya, ia telah menjadi monster seutuhnya. Chiron menyalak galak melihat
perubahan drastis pada Medusa, sebelum perutnya dirobek oleh cakar tajam
Medusa. Medusa lalu pergi ke desa, melampiaskan kekesalannya pada seluruh
penduduk desa dengan menjadikan mereka batu kemudian menghancurkan batu-batu
tersebut.
Dan
begitulah bagaimana monster bernama Medusa tercipta. Ia menggenapi takdirnya
sendiri seperti yang dikehendaki dewa untuk menjadi monster jahat.
Sebelum akhirnya dibunuh oleh Perseus. Saat kepalanya dipenggal dan dibawa oleh
Perseus Medusa masih dapat berbicara. Ia berterima kasih kepada Perseus karena
telah membunuhnya dan membebaskan jiwanya dari kutukan Athena.
|
Perseus memenggal kepala Medusa (sumber: http://www.greekmythology.com/images/mythology/perseus_130.jpg) |
*Cerita diambil berdasarkan karakter Medusa dalam mitologi Yunani,
*Judul mencuri ide dari judul film "Dracula Untold"
*Anthony dan Chiron adalah tokoh yang ditambahkan penulis untuk keperluan alur cerita